Kota Bogor (ANTARA) - Rektor IPB Arif Satria yang terpilih menjadi Ketua Ikatan Cendikia Muslim Indonesia (ICMI) 2021-2026 menyatakan organisasi yang dipimpinnnya itu harus besar dengan gagasan bukan dengan kekuasaan.
 
Diwawancarai secara khusus oleh Antara di Kota Bogor, Ahad, Arif Satria mengutarakan organisasi tempat berkumpulnya para cendikia itu perlu mengedepankan tujuan awal pembentukannya oleh Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie sewaktu menjadi Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) pada tahun 1990.
 
Rektor IPB itu menuturkan ketidakpastian yang sedang dialami negara-negara di dunia membuat Indonesia juga perlu bersiap-siap untuk bersaing di masa depan.
 
Peluang itu hadir dengan terbuka saat semua negara masih terus belajar mengenai aspek teknologi, ekonomi, pendidikan dan lain-lain dalam menghadapi berbagai situasi setelah pandemi COVID-19.

Baca juga: Rektor IPB Arif Satria berpantun sambut terpilihnya jadi Ketua ICMI

Baca juga: Prof Arif Satria terpilih sebagai Ketum ICMI periode 2021-2026
 
Kondisi di masa depan hanya bisa diubah dengan guyubnya para cendikia yang mengutamakan gagasan untuk mengubah situasi dengan inovasi.
 
"Saat ini semua negara di dunia kembali di titik nol karena Pandemi COVID-19, setelah ini tidak akan lagi bisa kembali seperti semula, semua harus belajar ulang mengenai tatanan kehidupan ke depan, ini kesempatan kita," katanya.
 
Menurut Arif, di situasi pandemi dan setelah pandemi COVID-19 nanti maka Indonesia berpotensi menjadi negara maju, jika sumber daya manusianya cepat belajar dan menciptakan inovasi lebih cepat dari negara lain.
 
"Kita mampu, para pemikir kita itu tidak kalah dengan negara luar, jangankan Asia Tenggara, Asia pun kita bisa unggul di situasi dunia yang sedang restart," ujarnya.
 
Semua itu, kata Ketua Rektor se-Indonesia itu, akan tertuang dalam visi misinya sebagai Ketua ICMI ke depan.
 
Pemikiran-pemikiran cendikia harus masuk untuk dapat memberi kontribusi bagi regulasi-regulasi di pemerintahan baik pusat, daerah hingga satuan pemerintahan terkecil.
 
Aksi kongkret yang akan dilakukan ialah penguatan pembangunan masyarakat desa yang selama Pandemi COVID-19 menjadi penopang ekonomi masyarakat.
 
Selain itu, masyarakat desa dan potensi wilayahnya di Indonesia cukup besar untuk memajukan bangsa karena di sana ada potensi pertanian yang memerlukan inovasi teknologi canggih untuk menopang perekonomian Indonesia.
 
Oleh karena itu, Arif menilai desa merupakan wilayah strategis bagi pembangunan bangsa yang perlu didorong oleh para cendikia dalam aspek pendidikan, pengentasan kemiskinan dan teknologinya.
 
"Di dalam krisis apa pun, termasuk Pandemi, siapa yang paling tahan, ya, desa. Jadi ketika Pandemi berlalu jangan lupakan desa, kita bangun," ungkapnya.*
 

Pewarta: Linna Susanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021