Saya berpendapat tentunya tidak ada lagi keraguan untuk terus melakukan aktivitas investasi dan perluasan industri di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan selama periode Januari-September 2021, nilai ekspor produk elektronik rumah tangga tercatat mencapai 1,8 miliar dolar AS atau naik 98 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

"Kami berkomitmen untuk menekan nilai impor, termasuk produk elektronik. Oleh karena itu, kami sedang mengakselerasi program substitusi impor 35 persen pada akhir tahun 2022," kata Menperin lewat keterangannya diterima di Jakarta, Senin.

Menurut Agus, salah satu strateginya adalah dengan pendalaman struktur industri melalui peningkatan produksi komponen elektronika di dalam negeri.

Menperin menyampaikan hal itu usai melakukan kunjungan kerja ke PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), induk perusahaan PT Selaras Donlim Indonesia (SDI), yang telah beroperasi di Indonesia sejak 1985.

Agus mengajak SCNP dan SDI sebagai pemenang untuk melakukan pendalaman struktur dan peningkatan investasi untuk pasar domestik maupun global.

"Jadi, harus terus melakukan inovasi dan ekspansi, itu yang kami harapkan. Apalagi, ekspor merupakan hal yang sangat penting, selain mengisi kebutuhan domestic market yang juga perlu menjadi perhatian," paparnya.

Menperin juga menyatakan bahwa pemerintah saat ini sangat serius dalam hal pengelolaan dan perbaikan iklim usaha industri. Berbagai kebijakan untuk mendukung hal tersebut sudah dikeluarkan.

"Saya berpendapat tentunya tidak ada lagi keraguan untuk terus melakukan aktivitas investasi dan perluasan industri di Indonesia," imbuhnya.

Menperin pun mengaku senang dan bangga mendengar rencana perusahaan akan mengembangkan alat kesehatan (alkes).

"Ini adalah kabar yang sangat positif, karena pemerintah menargetkan Indonesia bisa menjadi negara mandiri di bidang kesehatan. Artinya, kita harus mandiri di sektor farmasi dan alkes," tandasnya.

Menperjn juga mengapresiasi SDI karena meskipun baru memulai kegiatan produksi komersialnya pada Februari 2021, namun akhir tahun ini mampu melakukan ekspor produk vacuum cleaner (peti kemas ke-600) dengan tujuan ke Amerika Serikat.

"Hal ini merupakan pencapaian tersendiri bagi perusahaan dan menunjukkan kesiapan PT SDI untuk menjadi basis produksi vacuum cleaner di ASEAN," kata Menperin.

Menurut Agus, capaian PT SDI tersebut juga menunjukkan bahwa produk hasil industri elektronika di dalam negeri dapat bersaing secara global dan secara kualitas memiliki standar internasional. Bahkan, kemampuan sumber daya manusia (SDM) industri di Indonesia sudah mampu kompetitif.

"Ini suatu hal yang membanggakan, karena untuk mendapatkan tempat di pasar Amerika tidak mudah, baik secara kualitas dan prosedur untuk masuk ke sana. Ini suatu hal yang harus diapresiasi," ujar Agus.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Taufiek Bawazier mengemukakan salah satu faktor utama dalam memacu daya saing industri manufaktur di Indonesia adalah terpenuhinya persyaratan SNI.

"Selain SNI, kita juga punya instrumen seperti TKDN dan lartas. Kalau ada produk yang nilai TKDN sudah di atas 40 persen, maka wajib untuk kementerian dan lembaga membeli produk tersebut. Nilai TKDN ini disusun dan dirumuskan oleh Kemenperin, dengan melihat kemampuan industri itu sendiri," terangnya.

Taufiek optimistis ekspor merupakan wujud resiliensi pelaku industri di Indonesia masih sangat tinggi.

"Sejak awal pandemi, kami sangat yakin terhadap resiliensi para pelaku industri manufaktur di Indonesia yang masih terus semangat untuk menjalankan usahanya," tuturnya.

Misalnya, peningkatan realisasi investasi industri terlihat pada periode Januari-September 2021, yang tercatat sebesar Rp659,4 triliun atau mengalami kenaikan 7,8 persen dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2020.

Sementara pada Januari-Oktober 2021, kontribusi ekspor sektor industri tercatat sebesar 77,16 persen atau senilai 143,76 miliar dolar AS dari total ekspor nasional 186,31 miliar dolar AS.

Chief Operation Officer (COO) SCNP Shirly Effendy menyampaikan produk vacuum cleaner SCNP dengan brand Bissel mampu diekspor ke Amerika Serikat, merupakan suatu hasil kerja sama antara perusahaan dengan industri elektronik raksasa asal China, Guangdong Xinbao (Donlim). SCNP dan Donlim bersama-sama membentuk satu joint venture bernama SDI.

"SDI didirikan khusus untuk memenuhi kebutuhan ekspor vacuum cleaner ke Amerika Serikat. Rata-rata volume ekspor vacuum cleaner ke Amerika Serikat adalah 100 kontainer per bulan," sebutnya.

Selain brand Bissel, pada awal Desember 2021, SCNP juga mulai memproduksi air purifier dengan merek BlueAir yang bertaraf internasional dan juga telah diekspor ke Amerika Serikat.

Baca juga: Kemenperin dorong industri elektronika ikut percepat penanganan Covid
Baca juga: Apresiasi industri Batam, Kemenperin pacu investasi elektronik
Baca juga: Dukung industri elektronika, Kemenperin apresiasi Program Polisi 4.0


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021