Jakarta (ANTARA) - Ketua Forum Rektor Indonesia Panut Mulyono mengatakan lembaga pendidikan tinggi perlu memperkuat posisi sebagai institusi yang mengedepankan teknologi.

“Lembaga pendidikan tinggi harus memperkuat posisinya sebagai edutech institution. Artinya, perguruan tinggi harus menghasilkan lulusan yang unggul dan utuh,” ujar Panut dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin.

Laju Industri 4.0 membawa dampak akan hilangnya 23 juta bidang pekerjaan yang ada saat ini, kemudian digantikan otomasi pada 2030. Pekerjaan yang berisiko hilang adalah pekerjaan yang bersifat repetisi (pengulangan), seperti data entry, machine operator, dan data collection.

Baca juga: Forum Rektor apresiasi langkah pemerintah genjot program GNRM

Namun, di sisi lain menciptakan peluang 27-46 juta pekerjaan baru, dimana 10 juta diantaranya adalah jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya. Sehingga, kampus diharapkan pemerintah dapat menjadi perguruan tinggi yang berdaya saing.

Artinya, ada perubahan dan pembaruan pendidikan yang mengombinasikan keunggulan akademik, kebutuhan pasar, dan kebutuhan masyarakat.

“Arus perubahan dan kebutuhan akan link and match dengan dunia usaha dan dunia industri. Nah, Kampus Merdeka Merdeka Belajar (KMMB) diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut,” kata Rektor Universitas Teknologi Sumbawa Chairul Hudaya.

Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel, sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Baca juga: Forum Rektor Indonesia usulkan lima rekomendasi kepada pemerintah

Baca juga: Rektor UGM dikukuhkan sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia 2021-2022


Kaitannya dengan program kampus merdeka, perpustakaan menjadi komponen krusial dalam atmosfir akademik kampus. Apalagi, orientasinya agar lulusan menjadi kompatibel, semakin adaptif, lebih responsif, serta menjadi kontekstual.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan perpustakaan ruang terbuka untuk siapa saja. Sejak 2016, perpustakaan telah mengalami perubahan paradigma, dari pelayanan konvensional ke digital.

“Perluasan akses layanan digital bertujuan untuk mendukung SDM unggul, memiliki kreativitas, berinovasi tinggi yang pada akhirnya mampu menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan menaikkan pendapatan per kapita” ujar Syarif Bando.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021