Lebih lanjut Fadel menyampaikan perhatiannya terhadap lambannya perkembangan kerjasama diantara negara-negara anggota D-8, khususnya di bidang perdagangan. Untuk itu, Fadel meminta komitmen negara-negara anggota untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama perdagangan intra D-8 dan menawarkan usulan kerjasama pembentukan mega proyek, di mana Indonesia siap untuk menawarkan proyek kerjasama di bidang industri rumput laut, penghapusan hambatan perdagangan, serta penelitian dan pengembangan di antara anggota D-8. Selain itu, Fadel juga mengusulkan agar dalam pertemuan-pertemuan D-8 mendatang, perlu adanya agenda yang diperuntukkan bagi kalangan swasta serta lebih didorongnya peran swasta dalam berbagai aktivitas D-8.
Dalam sesi pembukaan, Wakil Presiden Iran, Rahimi menegaskan bahwa kerjasama antar negara Islam di D-8 harus bersifat konstruktif dan berasaskan keadilan. Untuk itu para anggota D-8 harus meningkatkan kerjasama dan melibatkan pihak swasta. Ketahanan pangan merupakan isu yang paling penting di dunia karena terkait keamanan politik. Akibat pengaruh global yang tidak berimbang yang menempatkan negara berkembang pada kondisi food insecurity, Iran memberikan rekomendasi kepada negara anggota D-8 untuk memperkuat alih teknologi, melakukan penyamaan standar, mendorong industri makanan halal, regulasi terkait perdagangan produk pertanian, dan memperkuat dukungan kebersamaan pada forum internasional, lanjut Rahimi.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Widi Pratikto selaku Sekretaris Jenderal D-8 menyampaikan kembali pentingnya kerjasama food security dalam forum D-8 ini sebagaimana diamanatkan dalam Kuala Lumpur Initiatives. Dalam sambutannya beliau menyoroti bahwa situasi pangan dan pertanian dunia sekarang ini menunjukkan bahwa krisis harga pangan, krisis keuangan, dan resesi ekonomi global telah mendorong peningkatan jumlah penduduk dalam katagori rawan pangan menjadi lebih dari 1 milyar. Melalui KL Initiatives dan Tehran Initiatives , diharapkan akan tercipta rencana aksi yang konkrit dalam bidang seedbank, animal feed, fertilizer, standard and trade issues, dan marine and fisheries, bersama dengan sektor swasta dalam proyek dan kerjasama yang relevan.
Dalam pertemuan Tingkat Menteri, kembali Fadel secara resmi meminta dukungan penuh seluruh negara anggota D-8 terhadap pencalonan Prof. Dr. Indroyono Susilo dari Indonesia sebagai Dirjen Food and Agricultural (FAO). Menurutnya, kehadirannya sebagai Dirjen FAO dapat melakukan reformasi sekaligus membantu organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya, yaitu membebaskan dunia dari kelaparan dan kemiskinan. Perihal penunjukan Indonesia sebagai pelaksana pertemuan Tingkat Menteri D-8 ketiga, Menteri Kelautan dan Perikanan kembali menegaskan bahwa Indonesia siap menjadi tuan rumah pertemuan pada tahun 2012 guna menindaklanjuti hasil kesepakatan pertemuan Tingkat Menteri kali ini.
Indonesia berkepentingan terhadap keberadaan organisasi D-8 sebagai salah satu pasar potensial di masa depan karena populasi seluruh anggota organisasi ini lebih dari 900 juta orang. Hingga saat ini Indonesia tercatat sebagai negara eksportir produk perikanan terbesar di antara negara anggota D-8. Pada tahun 2007, ekspor produk perikanan ke seluruh negara anggota D-8 sebesar US$ 43.627 juta diikuti oleh Pakistan (US$ 7.145 juta) dan Malaysia (US$ 3.193 juta). Sementara itu, pada periode November tahun 2010, ekspor produk perikanan ke seluruh negara anggota D-8 mengalami peningkatan, tercatat lebih dari US$ 78 juta.
Pertemuan tingkat menteri dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2011 dan dihadiri oleh 4 orang menteri, yaitu Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, H.E Fadel Muhammad; Menteri Jihad Pertanian Iran, H.E Sadegh Khalillan, Mentan Malaysia, H.E Dato Haji Nih bin Omar; Mentan Nigeria, H.E Sheikh Ahmed Abdullah dan empat pejabat setingkat wakil menteri dari Bangladesh, Pakistan, Mesir dan Turki. Pertemuan dibuka oleh Wakil Presiden I Republik Islam Iran, Mr. Muhammad Rhahimi dan diisi oleh sambutan Sekjen D-8 dan Menteri Pertanian Iran.
Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Dr. Yulistyo Mudho, M.Sc, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0811836967).
DATA DUKUNG:
1. Organisasi D-8 merupakan organisasi kerjasama ekonomi di antara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang dibentuk pada tanggal 15 Juni 1997 dengan anggota negara berkembang atau dikenal sebagai Developing Eight Countries Organization for Economic Cooperation, yaitu: Bangladesh, Indonesia, Iran, Malaysia, Mesir, Nigeria, Pakistan dan Turki.
2. Organisasi D-8 dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan posisi negara-negara anggota dalam ekonomi global, keanekaragaman hayati dan menciptakan kerjasama-kerjasama baru di bidang perdagangan, meningkatkan partisipasi negara anggota dalam penentuan keputusan di tingkat internasional serta meningkatkan standar hidup warga negara anggotanya.
3. Organisasi D-8 dipimpin oleh Sekretariat Jenderal dan bersekretariat di kota Istambul, Turki. Saat ini, Sekretariat Jenderal D-8 adalah Prof.Dr.Widi Agus Pratikto dari Indonesia.
4. Neraca Perdagangan Indonesia dengan negara anggota D-8 untuk komoditi perikanan, tahun 2008 - 2010
ITEM TAHUN
2008 2009 2010*)
Turkey Neraca (US$) 243 959 793 745 2 999 637
Nilai Ekspor 263 048 925 975 3 086 197
Nilai Impor 19 089 132 230 86 560
Malaysia Neraca (US$) 35 281 362 36 201 717 60 860 050
Nilai Ekspor 62 760 016 58 422 834 60 860 050
Nilai Impor 27 478 654 22 221 117 **)
Iran Neraca (US$) 1 648 926 3 036 742 10 410 056
Nilai Ekspor 1 648 926 3 036 742 10 410 056
Nilai Impor - - -
Mesir Neraca (US$) 5 830 058 8 587 168 5 030 420
Nilai Ekspor 5 914 599 8 601 093 5 030 420
Nilai Impor 84 541 13 925 -
Bangladesh Neraca (US$) 166 301 68 461 497 985
Nilai Ekspor 166 301 153 461 497 985
Nilai Impor - 85 000 **)
Nigeria Neraca (US$) - 12 731 973 **)
Nilai Ekspor - 12 731 973 **)
Nilai Impor - - -
Pakistan Neraca (US$) 116 736 242 621 216 099
Nilai Ekspor 116 736 242 621 216 099
Nilai Impor **) **) **)
*) sd November 2010
**) belum tercatat
Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011