Hong Kong (ANTARA) - Pasar-pasar saham di Asia diperdagangkan menguat pada Rabu pagi, karena selera risiko investor global meningkat menjelang akhir tahun, meskipun jumlah kasus varian virus Omicron melonjak di seluruh dunia.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terangkat 0,6 persen, setelah saham-saham AS mengakhiri sesi sebelumnya dengan keuntungan.

Saham-saham di bursa Australia melemah 0,1 persen, yang menurut para analis adalah akibat dari dolar AS yang lebih tinggi semalam yang melemahkan selera terhadap komoditas dan saham-saham sektor terkait.

Indeks saham Nikkei Jepang menguat 0,1 persen.

Indeks Hang Seng Hong Kong melonjak 1,2 persen dan indeks saham unggulan CSI 300 China bertambah 0,23 persen di awal perdagangan. Saham teknologi adalah pendorong utama pembukaan kuat Hong Kong setelah diperdagangkan di wilayah negatif untuk sebagian besar minggu ini.

Malam yang lebih baik di Wall Street memberikan petunjuk positif untuk pasar Asia dengan rebound tajam dalam sentimen untuk saham-saham AS.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 560,54 poin atau 1,6 persen menjadi 35.492,70 poin, indeks S&P 500 naik 81,21 poin atau 1,78 persen menjadi 4.649,23 poin, dan Komposit Nasdaq bertambah 360,14 poin atau 2,4 persen menjadi 15,341,09 poin.

Lompatan itu terjadi meskipun ada kekhawatiran yang berkembang karena penyebaran varian Omicron menjelang periode liburan tradisional di seluruh dunia.

Varian yang pertama kali terdeteksi bulan lalu itu, menyebabkan infeksi berlipat ganda dalam 1,5 hingga 3 hari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Belum diketahui apakah menyebabkan penyakit yang lebih serius dari varian Delta.

Namun, investor Asia sebagian besar mengabaikan kenaikan jumlah kasus saat ini.

"Klien masih senang membeli di sini meskipun ada risiko yang jelas baik terkait pasar dan kesehatan, kebanyakan mereka menambah posisi mereka yang sudah ada," kata John Milroy, penasihat Ord Minnett di Sydney kepada Reuters.

"Setelah dua tahun klien bosan membicarakannya dan sementara mengakuinya kembali fokus pada pendapatan yang seharusnya sangat bagus dalam pandangan kami."

Kepala penelitian BOCOM International Hong Hao mengatakan investor yang berbasis di China lebih fokus pada potensi masalah rantai pasokan daripada wabah COVID daratan.

"Saya akan mengatakan investor melihat angka kasus selama kapasitas produksi di China tidak terpengaruh," katanya kepada Reuters.

"Investor tampaknya lebih santai dengan data baru yang menunjukkan Omicron tidak sefatal varian lainnya ... di China, kekhawatiran terbesar masih di sektor properti."

Di perdagangan Asia, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang menjadi acuan berada di 1,4651 persen dibandingkan dengan penutupan di AS sebesar 1,487 persen pada Selasa (21/12/2021). Imbal hasil dua tahun, yang naik karena ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 0,6665 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 0,675 persen.

Dolar menguat 0,03 persen terhadap yen menjadi 114,11. Masih jauh dari level tertinggi tahun ini 115,51 pada 24 November lalu.

Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, turun di 96,42.

Minyak mentah AS naik 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 71,47 dolar AS per barel, sementara Minyak Mentah Brent menguat menjadi diperdagangkan di 74,3 dolar AS per barel.

Emas sedikit lebih tinggi dengan harga spot diperdagangkan di 1,789,36 dolar AS per ounce.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021