Purwakarta, (ANTARA News) - Pencemaran waduk Jatiluhur di Kabupaten Purwakarta, Jabar, akan semakin parah menyusul dibangunnya pembangkit listrik batu bara (power plant) milik beberapa perusahaan yang berlokasi di sekitar waduk tersebut. Padahal, waduk Jatiluhur sebagai sumber bahan baku air minum untuk di kawasan sekitarnya dan DKI Jakarta. "Keberadaan power plant membuat kami sangat khawatir pencemaran waduk Jatiluhur semakin parah, dan membahayakan bagi manusia," ujar Dirut PDAM Purwakarta, Idi Suryadi, Rabu (11/1). Sedikitnya tiga perusahaan penghasil berbagai produk industri berskala besar yang berlokasi di kawasan Jatiluhur, sedang membangun power plant untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. Satu diantaranya power plant milik PT Indho Barat Rayon (IBR), sudah beroperasi sejak setahun lalu. Power plant milik PT IBR dibangun di sekitar pabrik, dan bahkan berada "di tengah" permukiman penduduk di Desa Cilangkap. Sedangkan power plant lainya milik perusahaan PT Indorama Synthetice (IRS) di Desa Cibinong dan PT South Pacivic Viscose (SPV) di Desa Cicadas, masih dalam tahap pembangunan dengan tujuan yang sama. Suryadi mengatakan, abu dan gram-gram batu bara yang dihasilkan power plant tersebut akan mencemari waduk Jatiluhur, yang juga sebagai sumber air baku air minum PDAM Purwakarta. "Sangat berbahaya bagi manusia yang akan terasakan dalam kurun waktu tertentu. Memang sekarang tidak akan terasakan," katanya. Ia juga menyatakan PDAM Purwakarta mulai memikirkan untuk mendapatkan sumber air baku lainnya di luar waduk Jatiluhur. Ancam tercemar abu batu bara yang dikhwatirkan pengelola PDAM itu muncul di tengah kondisi waduk Jatiluhur yang kini telah tercemar akibat maraknya kegiatan budidaya ikan sistem kolam jaring apung di perairan waduk tersebut. Menurut Suryadi, keadaan itu telah merepotkan PDAM, dan harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk proses pengolahan air sebelum didistribusikan ke masyarakat. PDAM Purwakarta, setiap bulan harus mengeluarkan biaya Rp 250 juta untuk pengolahan air baku dari waduk Jatiluhur, atau separuh dari pendapatan PDAM. "Terlebih pada musim hujan seperti sekarang ini, kita cukup repot," tutur Suryadi, sambil mempertanyakan janji pemerintah yang akan membatasi kegiatan budidaya ikan di Jatiluhur.(*)

Copyright © ANTARA 2006