New York (ANTARA) - Euro, dolar Australia dan mata uang lainnya pulih terhadap dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena para pedagang berubah lebih positif tentang prospek ekonomi, bahkan ketika kasus Omicron meroket dan investor bersiap untuk menghadapi lebih banyak volatilitas.

Selera risiko telah meningkat sejak Senin (20/12/2021), ketika pasar diguncang oleh pembatasan pemerintah-pemerintah terkait dengan penyebaran varian Omicron, dan setelah Senator AS Joe Manchin mengatakan dia tidak akan mendukung paket pengeluaran fiskal baru.

"Dolar melemah karena dorongan penghindaran risiko (risk-off) terus surut," analis Brown Brothers, Harriman mengatakan dalam sebuah laporan pada Rabu (22/12/2021), menambahkan bahwa "kita kemungkinan dalam periode konsolidasi untuk saat ini mengingat kurangnya penggerak baru yang besar."

Dolar merosot 0,19 persen terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya menjadi 96,257.

Namun, indeks dolar tetap mendekati level tertinggi satu setengah tahun di 96,938 yang dicapai pada 24 November, di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve lebih dekat untuk menaikkan suku bunga daripada banyak bank sentral lainnya.

Data pada Rabu (22/12/2021) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS melambat tajam pada kuartal ketiga di tengah meningkatnya infeksi COVID-19, tetapi aktivitas telah meningkat, menempatkan ekonomi di jalur untuk mencatat kinerja terbaiknya tahun ini sejak 1984.

Euro terakhir naik 0,18 persen pada 1,1310 dolar AS. Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko menguat 0,59 persen menjadi 0,7196 dolar AS.

Greenback merosot 0,69 persen terhadap krona Norwegia menjadi 8,8770. Mata uang Norwegia telah diuntungkan dari kenaikan harga minyak dan gas serta memiliki musim yang positif untuk minggu-minggu sekitar Natal.

Sterling terangkat 0,44 persen menjadi 1,3327 dolar AS, meskipun data menunjukkan ekonomi Inggris tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya pada periode Juli-September.

Minggu-minggu di kedua sisi Natal biasanya volatilitas rendah untuk mata uang dan kelas aset lainnya, analis di ING mengatakan, meskipun "tahun ini beberapa kecenderungan musiman akan beragam dengan varian Omicron yang mengancam untuk memaksa pembatasan baru dan pasar masih memproses seminggu penuh keputusan bank-bank sentral utama."

Mata uang lira Turki stabil dan mempertahankan kenaikannya baru-baru ini setelah bergerak seperti rollercoaster, bangkit kembali dari rekor terendah karena langkah baru Presiden Tayyip Erdogan untuk menjaga tabungan warga Turki dari volatilitas.

Di pasar uang kripto, bitcoin melemah 0,14 persen menjadi 48.861 dolar AS.

Baca juga: Rupiah ditutup menguat, seiring redanya kekhawatiran terhadap Omicron

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021