Jakarta (ANTARA) - Sutradara Matthew Vaughn mengungkapkan inspirasinya dalam menggarap film terbarunya, "The King's Man" yang tayang di bioskop Indonesia mulai Rabu (22/12).

"Saya menonton ulang film berjudul 'The Man Who Will Be King', dan setelah itu saya bercanda dengan mengatakan, 'Bukankah bagus untuk membuat 'The Man Who Will Be Kingsman?''," ungkap Vaughn dalam jumpa pers global "The King's Man", ditulis pada Kamis.

Lebih lanjut, Vaughn mengatakan film "The Man Who Will Be King" karya John Huston di tahun 1975 tersebut adalah momen dimana ia sadar betapa indahnya sebuah karya film dan pengalaman menontonnya di bioskop.

"Itu mengingatkan saya mengapa saya jatuh cinta dengan sinema. Ide-ide film petualangan sejarah nan epik, dengan aktor dan karakter hebat, humor, kesedihan, dan, sebuah 'pelarian' dan hiburan yang murni," kenangnya.

Kecintaannya akan pengalaman sinematik dan cerita-cerita sejarah di awal tahun 1900-an pun mengilhami Vaughn untuk kemudian membuat "The King's Man". Ia mengatakan film-film "Kingsman" sebelumnya juga turut memberikan andil besar.

Baca juga: Kingsman 3, siap diproduksi Januari 2019

Baca juga: Colin Firth kembali di "Kingsman 2"


"The King's Man" menampilkan cerita sejarah dengan cara unik khas "Kingsman", namun tetap menunjukkan dampak dan kehancuran dari peperangan.

Film ini juga menonjolkan detail-detail penting yang menceritakan keterlibatan Kingsman dalam peristiwa-peristiwa tersebut.

Lebih lanjut, sutradara Vaughn memiliki harapan besar terhadap "The King's Man" dalam menceritakan bagaimana spionase berubah dari masa ke masa.

"'The King’s Man' adalah petualangan epik yang akan membawa penonton dalam perjalanan yang tidak terduga dan penuh dengan emosi. Kami harap para penggemar dapat lebih mengenal dan menyukai ‘Kingsman’ melalui film ini," ucapnya.

Sementara itu, "The King's Man" sendiri merupakan prekuel dari dua film "Kingsman" sebelumnya yaitu "Kingsman: The Secret Service" (2014) dan "Kingsman: The Golden Circle" (2017).

"The King's Man" mengungkap asal usul badan intelijen independen pertama melalui petualangan yang menampilkan para tiran dan dalang kriminal, dalam merencanakan serangkaian peristiwa bersejarah untuk memicu perang yang akan memusnahkan jutaan orang.

Berbeda dengan film-film Kingsman sebelumnya, "The King's Man" akan membawa penonton ke satu abad sebelumnya, dalam rangkaian peristiwa bersejarah di era Perang Dunia I, dan menjelajahi asal mula agensi Kingsman; bagaimana dan mengapa agensi tersebut dibentuk.

"The King's Man" menceritakan tentang Orlando Oxford (Ralph Fiennes), seorang bangsawan Inggris yang berusaha menjaga putranya, Conrad Oxford (Harris Dickinson), dari dampak negatif peperangan dan sisi gelap dunia.

Ia menyadari bahwa keburukan dan kegilaan yang terjadi di dunia dipicu oleh beberapa pihak jahat dibelakang layar.

Oxford pun tidak bekerja sendiri, ia dibantu oleh pengawalnya dan orang kepercayaannya, Shola (Djimon Hounsou), dan juga seorang pengurus rumah tangga, Polly (Gemma Arterton) yang pandai.

Baca juga: Lima jas terinspirasi Kingsman dirancang untuk pesohor Indonesia

Baca juga: Ralph Fiennes bintangi film ketiga "Kingsman"

Baca juga: Disney tunda perilisan "The King's Man" hingga Agustus 2021

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021