Petenis Jerman Alexander Zverev (kiri) memberikan uacapan selamat dengan memeluk lawannya petenis Serbia Novak Djokovic (kanan) usai laga semi final Turnamen Tenis US Open, di USTA Billie Jean King National Tennis Cente, Flushing, New York, Amerika Serikat, Jumat (10/9/2021). Djokovic melaju ke final setelah mengalahkan  Zverev rubber set 4-6, 6-2, 6-4, 4-6, dan 6-2. ANTARA FOTO/Reuters-Robert Deutsch-USA TODAY Sports/hp.

Secara teoritis, Zverev yang berusia 24 tahun bisa saja menjadi nomor satu jika dia memenangi Australian Open dan Djokovic melewatkan turnamen karena sikapnya terhadap vaksin COVID-19.

"Situasi dengan Novak dan Australia masih menjadi tanda tanya besar," kata Zverev. "Tentu saja, saya berharap dia diizinkan bermain, itu sangat jelas."

"Ada ribuan perhitungan matematis, jika dia tidak bermain di Australia dan saya memenangi Australian Open, maka saya nomor satu di dunia dan seterusnya dan seterusnya."

"Pada akhirnya, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan (menjadi nomor satu), bukan waktunya untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin sehingga secara fisik Anda bisa bermain untuk itu," ujarnya menambahkan.

Kegagalan Zverev untuk merebut gelar Grand Slam telah mengejutkan beberapa orang, tetapi dia sekarang menjadi ancaman yang konsisten pada turnamen-turnamen besar setelah awalnya berjuang untuk menunjukkan yang terbaik di antara mereka.

"Saya menjadi jauh lebih tenang. Saya juga semakin tua. Saya bukan 18 atau 19 lagi. Saya mengerti mungkin sedikit lebih banyak hal tentang kehidupan dan memahami bahwa Anda hanya harus tetap tenang dalam situasi penting," katan Zverev.

"Itu berpengaruh pada saya tahun ini."

Baca juga: Djokovic dinobatkan sebagai juara dunia ITF untuk ketujuh kalinya
Baca juga: Medvedev yakini kejayaan tenis berlanjut meski "Big Three" pensiun

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2021