LCS dengan China baru saja dimulai pada September 2021, menunjukkan perkembangan yang menjanjikan...
Jakarta (ANTARA) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan jumlah rata-rata transaksi bulanan menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) rupiah-yuan mencapai 15 juta dolar AS per bulan.

“LCS dengan China baru saja dimulai pada September 2021, menunjukkan perkembangan yang menjanjikan dengan rata-rata transaksi bulanan, mencapai 15 juta dolar AS per bulan dalam tiga bulan terakhir,” ujarnya dalam Webinar Indonesia-Southern China Business Forum 2021, Kamis.

Destry optimistis jumlah transaksi LCS akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan dan investasi. Bank Indonesia juga telah menyiapkan berbagai kebijakan untuk mempromosikan LCS, termasuk bantuan teknis untuk eksportir atau importir serta investor.

China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia dengan persentase 23 persen dari total kinerja perdagangan Indonesia yang pada 2020 mencapai 298,5 miliar dolar AS. Diikuti oleh Amerika Serikat dan Singapura dengan persentase masing-masing 9 persen dan 8 persen.

“Perdagangan bilateral antara Indonesia dan China juga meningkat signifikan dari hanya 44 miliar dollar AS pada 2015 menjadi 70 miliar pada 2020. Ini menjadikan China sebagai mitra dagang terbesar bagi Indonesia,” katanya.

Baca juga: Indonesia berharap implementasi LCS rupiah-yuan tingkatkan investasi

Peningkatan perdagangan juga dibarengi dengan peningkatan transaksi investasi yang ditunjukkan oleh Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia yang meningkat dari 249 miliar dolar AS pada 2015 menjadi 329 miliar dolar AS pada 2020. Angka tersebut berasal dari Singapura sebanyak 27 persen, China 10 persen, dan Amerika Serikat 9,8 persen pada 2020

“Jika melihat peningkatan dan perkembangan FDI dari China, ini sangat luar biasa. Karena pada 2015, FDI dari China hanya 5,7 miliar dolar AS dan meningkat menjadi 33 miliar dolar AS pada tahun 2020,” jelas Destry.

Kendati demikian, lanjutnya, peningkatan perdagangan dan hubungan investasi antara Indonesia dengan negara Asia hususnya dengan China belum tercermin dalam penggunaan mata uang. Mayoritas mata uang yang digunakan masih menggunakan dolar AS dengan persentase 80-90 persen dari total transaksi.

Hal tersebut membuat kondisi membuat mata uang kedua negara semakin tidak stabil. Sehingga penggunaan mata uang lokal penting untuk diakselerasi.

“Kami sudah memiliki 20 bank Appointed Cross Currency Dealers (ACCD) untuk mendukung implementasi penguatan kerangka LCS dan memfasilitasi LCS. 12 bank Indonesia dan 8 bank untuk China,” kata dia.

Adapun Bank Indonesia telah menjalin kesepakatan LCS dengan 4 bank sentral Malaysia, Thailand, Jepang, dan China. Ke depannya Bank Indonesia akan terus menggali potensi LCS dengan negara lain termasuk untuk tujuan remittance. Pada 2021, transaksi rata-rata LCS Indonesia dengan keempat negara tersebut mencapai 109 juta per bulan.

Baca juga: BI sebut kerja sama mata uang lokal turunkan kebutuhan dolar AS di RI

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021