Tokyo (ANTARA) - Panel kementerian kesehatan Jepang pada Jumat merekomendasikan pemberian izin bagi penggunaan pil antiviral yang dikembangkan Merck & Co Inc sebagai obat COVID-19.

Pertimbangan obat oral itu merupakan bagian dari rencana Perdana Menteri Fumio Kishida untuk meluncurkan berbagai pengobatan baru pada akhir tahun ini, pada saat kekhawatiran meningkat soal varian Omicron.

Keputusan panel itu mengarah pada penetapan tahapan pengiriman 200.000 dosis ke seluruh negeri mulai pekan ini, berdasarkan persiapan yang telah diumumkan Kishida.

Baca juga: Peru peringatkan lonjakan cepat kasus Omicron

Jepang sagat mengandalkan perawatan dengan obat yang bisa diminum untuk menghindarkan penyakit parah dan kematian kalau-kalau gelombang keenam pandemi, yang sangat dikhawatirkan, muncul.

Pemerintah negara itu pada November sudah setuju untuk membeli 1,6 juta paket obat molnupiravir dari Merck dan mitranya, Ridgeback Biotherapeutics, dengan nilai transaksi 1,2 miliar dolar AS (sekitar Rp17,2 triliun).

Selain itu, Kishida pekan lalu mengumumkan bahwa pemerintah akan membeli dua juta dosis pil antiviral lainnya, yang dikembangkan oleh Pfizer Inc.

Sementara itu, Shionogi & Co diperkirakan akan segera mengajukan permohonan izin penggunaan bagi obat buatannya. Perusahaan farmasi Jepang itu berencana akan memasok satu juta dosis pada awal 2022.

Badan pengatur obat-obatan Amerika Serikat pada Kamis (23/12) mengeluarkan izin penggunaan pil Merck pada kalangan pasien usia dewasa yang menghadapi risiko tinggi.

Baca juga: Thailand laporkan klaster Omicron pertama

Negara-negara sudah bergegas untuk membeli pil molnupiravir buatan Merck setelah studi awal memperlihatkan hasil yang sangat menjanjikan.

Tetapi, data berikutnya yang dikeluarkan oleh perusahaan itu pada akhir November menunjukkan bahwa obat itu kurang efektif dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Prancis pada Rabu (23/12) membatalkan pesanan pil tersebut.

Jepang pekan ini memastikan kemunculan sejumlah kasus pertama infeksi virus corona varian Omicron.

Penularan varian tersebut di kalangan masyarakat setempat sekarang sudah terjadi di kota-kota kawasan barat, yaitu Osaka dan Kyoto.

Tokyo pada Jumat mengumumkan satu dugaan kasus varian tersebut.


Sumber: Reuters

Baca juga: Afrika Selatan segera luncurkan 'booster' COVID-19

Baca juga: Bhutan mulai berikan dosis 'booster' vaksin COVID-19

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021