Jakarta, 30/5 (ANTARA) - Dalam upaya memujudkan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015, hari ini (30/5) di Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau, Menteri Kelautan dan Perikanan, Fadel Muhammad mencanangkan percontohan Kawasan Budidaya Mandiri "BUDIPRIMA TERPADU". Dalam sambutannya, Fadel menegaskan bahwa peningkatan produksi perikanan akan bertumpu pada perikanan budidaya. Peningkatan produksi perikanan budidaya ditargetkan sebesar 353 % dalam periode 2010 - 2014, dari 5,26 juta ton menjadi 16,9 juta ton.

     Lebih lanjut Fadel menyebut setidaknya terdapat 5 (lima) komoditas perikanan budidaya yang dapat didorong dan dipacu pengembangannya, yaitu: rumput laut, lele, patin, kakap dan kerapu.  Kelima komoditas tersebut berpeluang untuk ditingkatkan produksinya menjadi nomor satu di dunia, karena potensi lahan yang tersedia sangat besar, teknologi budidayanya mudah dan sudah dikuasai masyarakat serta permintaan pasar untuk komoditas tersebut cukup besar. Dalam upaya meningkatkan produksi perikanan budidaya, KKP juga melaksanakan program pengembangan wirausaha pemula semenjak tahun 2010 yang ditujukan untuk memperluas areal usaha dan menciptakan peluang usaha di bidang pembudidayaan ikan.

     Selain itu, pada tahun 2011 KKP melaksanakan program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) berbasiskan pada pengembangan perikanan budidaya di 300 Kabupaten/Kota di Indonesia, dengan alokasi dana sebesar Rp. 200 miliar untuk mengembangkan 2.000 kelompok. Sementara itu, PUMP berbasiskan perikanan tangkap dialokasikan di 121 kabupaten/kota sebesar Rp 100 milyar untuk mengembangkan 1.000 kelompok, PUMP berbasiskan pada kegiatan pengolahan ikan dialokasikan di 51 kabupaten/kota sebesar Rp 20,4 milyar untuk mengembangkan 408 kelompok, dan PUMP pengembangan produksi garam yang dialokasikan kepada 40 kabupaten kota sebesar 76 milyar untuk mengembangkan 761 kelompok. Pelaksanaan PUMP berbasis perikanan budidaya sendiri bertujuan untuk memacu produksi perikanan budidaya, di samping meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan usaha perikanan budidaya.

     Kawasan budidaya mandiri percontohan yang dicanangkan merupakan kegiatan yang digagas dan dimotori oleh Gerakan Usaha Mikro Kecil Indonesia (GUMKI) Kepulauan Riau. Dalam jangka pendek, kegiatan ini dilakukan untuk mewujudkan swasembada lele di Kota Batam dengan harga komoditas yang kompetitif dengan negara tetangga. Sedangkan untuk jangka panjang, kegiatan ini dapat mendorong peningkatan ekspor ikan kerapu, kakap, bawal bintang dan rumput laut mengingat akses pasar ekspor di wilayah ini dapat dilakukan dengan
mudah dan biaya transportasi yang lebih murah, seperti ekspor ke Singapore, Malaysia dan negara-negara lainnya. Peluang dan potensi  besar tersebut seharusnya dapat menjadikan Kepulauan Riau sebagai salah satu daerah produsen ikan utama di Indonesia ke depan dan tidak akan terulang kembali peristiwa Batam harus mengimpor lele dari negara tetangga, jelas Dirjen Perikanan Budidaya, Ketut Sugama.

     Pengembangan perikanan budidaya di Propinsi Kepulauan Riau akan semakin mudah karena telah didukung adanya Balai Budidaya Laut (BBL) Batam yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Kehadiran UPT ini setidaknya dapat mengawal teknologi budidaya di masyarakat, termasuk dalam hal penyediaan benih untuk budidaya ikan di laut. Dalam acara peluncuran percontohan kawasan budidaya mandiri, Fadel juga berkesempatan memberikan bantuan kepada pembudidaya ikan di Kota Batam berupa induk ikan lele sebanyak 9 paket, benih ikan kerapu sebanyak 1.000 ekor, benih ikan bawal bintang sebanyak 8.000 ekor, dan benih ikan kakap putih sebanyak 1.000 ekor. Hal ini dimaksudkan untuk pemicu dan pendorong pengembangan usaha budidaya ikan di propinsi ini ke depan.

     Sebelum melakukan pencanangan percontohan kawasan budidaya mandiri, Menteri Kelautan dan Perikanan menghadiri Temu Koordinasi Pengembangan Kelautan dan Perikanan di Propinsi Kepulauan Riau semalam. Dalam kesempatan tersebut,  Wakil Gubernur Propinsi Riau, Soerya Respationo menjelaskan bahwa Propinsi Kepulauan Riau akan didorong untuk mengembangkan pembenihan dan pembesaran sehingga produksinya dapat memenuhi pasar lokal, nasional dan internasional.

     Hal ini dilakukan sebagai upaya dukungan Propinsi Kepulauan Riau terhadap pelaksanaan revolusi biru yang dicanangkan KKP.  Produksi perikanan budidaya di Propinsi Kepulauan Riau sendiri akan terus dipacu sehingga produksinya ditaregtkan dapat mencapai 300 ribu ton pada tahun 2012, dari produksi budidaya sekarang ini sebesar 54.903 ton pada tahun 2010.

     Kehadiran Fadel di Temu Koordinasi Pengembangan Kelautan dan Perikanan Propinsi Kepulauan Riau memiliki 3 agenda, yaitu: mendorong pengembangan perikanan budidaya,  peningkatan pengawasan SDI dari aktivitas illegal negara tetangga, dan pengembangan pariwisata bahari di Propinsi Kepulauan Riau. "Kepulauan Anambas akan didorong untuk dikembangkan sebagai salah satu gugus kepulauan wisata bahari", jelas Fadel. Untuk menuju kesana, perlu komitmen Pemerintah Daerah setempat bersama KKP menyusun Rencana Umum Tata Ruang 30 pulau terpilih yang akan dikembangkan sebagai sebagai kawasan konservasi dan wisata bahari.

     Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Dr. Yulistyo Mudho, M.Sc, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi,  Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP.0811836967)


Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011