Jakarta (ANTARA) - PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) optimistis tahun 2022 menjadi momen pemulihan bisnis pendanaan efek yang digeluti perseroan seiring dengan pulihnya pasar modal domestik dari dampak pandemi COVID-19.

"Dengan memperhatikan perkembangan ekonomi global, situasi pandemi yang semakin terkendali, serta target-target BEI, ID Clear dan KSEI selaku pemegang saham PEI, manajemen meyakini bahwa tahun 2022 merupakan momen pemulihan sektor pasar modal, termasuk bisnis pendanaan efek," kata Direktur Utama PEI Armand Eugene Richir dalam diskusi dengan awak media secara virtual di Jakarta, Selasa.

Sepanjang 2021, PEI telah menyalurkan pendanaan senilai lebih dari Rp1,25 triliun, naik 24 persen jika dibandingkan dengan jumlah penyaluran pendanaan tahun sebelumnya.

Selain itu, posisi rata-rata outstanding harian sampai dengan akhir November 2021 mencapai Rp130 miliar, atau naik sekitar 40 persen jika dibandingkan dengan rata-rata outstanding harian pada 2020 sebesar Rp91miliar.

PEI juga mencatatkan nilai posisi outstanding harian tertinggi sejak perseroan beroperasional (all-time high) yaitu sebesar Rp199,73 miliar pada 6 Desember 2021, setelah sebelumnya posisi tertinggi terjadi pada 8 Januari 2021 senilai Rp198 miliar.

Baca juga: IHSG ditutup menguat, dipimpin saham sektor energi dan industri

Ditambah lagi, saat ini OJK tengah merencanakan untuk menerbitkan perubahan Peraturan OJK No.25/POJK.04/2018 tentang Lembaga Pendanaan Efek, dengan salah satu poin utamanya adalah perihal penambahan produk pendanaan yang dapat disediakan oleh PEI.

Pada 2022, PEI akan menyediakan produk Pendanaan Transaksi Repurchase Agreement (REPO) dan Pendanaan melalui Pinjam Meminjam Efek, dimana keduanya akan memanfaatkan sistem terintegrasi yang saat ini telah dioperasikan oleh ID Clear.

PEI menargetkan pendanaan REPO akan dapat digunakan oleh partisipan PEI pada kuartal II-2022, sedangkan pendanaan melalui Pinjam Meminjam Efek diproyeksikan akan hadir pada kuartal III-2022.

"PEI menetapkan target nilai pendanaan REPO di tahun 2022 mencapai rata-rata Rp150 miliar per hari, sementara nilai pendanaan melalui Pinjam Meminjam Efek ditetapkan sebesar rata-rata Rp15miliar," ujar Armand.

Untuk pendanaan transaksi marjin, pada 2022 PEI menargetkan nilai rata-rata posisi outstanding harian berada di angka Rp250miliar.

Baca juga: IHSG diprediksi menguat seiring fenomena "Santa Clause Rally"

Dengan memperhatikan perkembangan jumlah investor, target IPO pada 2022, serta proyeksi Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) BEI sebesar Rp13,5 triliun, PEI optimis bahwa target tersebut sejalan dengan perkembangan pasar modal pada 2022.

Selain itu, PEI juga turut mendukung peningkatan kualitas kredit di sektor pasar modal, melalui partisipasi PEI sebagai pelapor wajib pada Sistem Layanan Informasi Kredit (SLIK) OJK, terhitung sejak 1 Januari 2022.

"PEI berperan untuk melaporkan posisi kredit dari partisipan PEI kepada SLIK, yang nantinya akan berkontribusi dalam menghasilkan ekosistem kredit yang berkualitas," kata Armand.

Selama lima tahun sejak didirikan pada 27 Desember 2016, PEI telah menunjukkan kinerja yang positif dan mulai mendapatkan kepercayaan dari Anggota Bursa (AB) sebagai sumber pendanaan di pasar modal.

Setelah mendapatkan izin operasional dari OJK pada April 2019 yang lalu, PEI telah menyalurkan pendanaan transaksi marjin kepada partisipan PEI hingga mencapai total Rp2,2 triliun.

Baca juga: Menengok kembali gerak pulih pasar modal

Baca juga: BEI resmi tutup kode broker dan sesuaikan mekanisme perdagangan

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021