Jakarta, 1/6 (ANTARA) - Mantan Presiden BJ Habibie mengemukakan pandangannya terkait sila ke lima Pancasila dalam konteks kehidupan ekonomi di era globalisasi saat ini.

"Kalau sila kelima Pancasila mengamanatkan terpenuhinya `keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia`, bagaimana implementasinya pada kehidupan ekonomi yang sudah menggobal sekarang ini?," ujar Habibie saat menyampaikan sambutannya dalam acara peringatan Pidato Bung Karno tentang Pancasila 1 Juni di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Rabu.

Menurut Habibie, fenomena globalisasi mempunyai berbagai bentuk, tergantung pada pandangan dan sikap suatu negara dalam merespon fenomena tersebut.

Salah satu manifestasi globalisasi dalam bidang ekonomi, ujar Habibie, misalnya adalah pengalihan kekayaan alam suatu negara ke negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi, kemudian menjual produk-produk ke negara asal, sedemikian rupa sehingga rakyat harus "membeli jam kerja" bangsa lain.

"Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism, atau dalam pengertian sejarah kita, suatu VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan baju baru," ujarnya.

Habibie mengemukakan, implementasi sila ke-5 untuk menghadapi globalisasi dalam makna neo-colonialism atau "VOC-baju baru" itu adalah bagaimana kita bangsa Indonesia memperhatikan dan memperjuangkan "jam kerja" bagi rakyat Indonesia sendiri.

Hal itu bisa dilakukan dengan cara meningkatkan kesempatan kerja melalui berbagai kebijakan dan strategi yang berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

"Sejalan dengan usaha meningkatkan `neraca jam kerja` tersebut, kita juga harus mampu meningkatkan `nilai tambah` berbagai produk kita agar menjadi lebih tinggi dari `biaya tambah`. dengan ungkapan lain, value added harus lebih besar dari added cost," ujar Habibie.

Menurut dia, hal itu dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas dan kualitas sumberdaya manusia dengan mengembangkan, menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pada kesempatan itu, Habibie mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di kampus-kampus serta di lembaga-lembaga kajian lain untuk secara serius merumuskan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan.

"Yang juga tidak kalah penting adalah peran para penyelenggara negara dan pemerintahan untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten menjabarkan implementasi nilai-nilai Pancasila tersebut dalam berbagai kebijakan yang dirumuskan dan program yang dilaksanakan,` ujarnya.

Hanya dengan cara demikian sajalah, menurut Habibie, Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai pandangan hidup akan dapat diaktualisasikan lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain Habibie, mantan Presiden Megawati dan Presiden Yudhoyono juga menyampaikan pidatonya masing-masing dalam acara itu. Tampak hadir pula dalam acara peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni Wapres Boediono, mantan Wapres Try Sutrisno, Hamzah Haz dan Jusuf Kalla, para pimpinan lembaga tinggi negara serta anggota Kabinet Indonesia Bersatu.
(D011)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011