Port-Au Prince (ANTARA News) - Sedikitnya tujuh orang tewas, Selasa, setelah hujan deras melanda ibu kota Haiti, yang mengubah jalan menjadi seperti sungai, merobohkan rumah-rumah dan kamp-kamp pengungsi yang dibangun setelah gempa tahun lalu.

Hujan itu adalah yang terburuk tahun ini melanda negara miskin itu, pada awal musim topan, melumpuhkan ibu kota Port Au Prince, dengan tiga orang tewas di permukiman Petitionville kota itu, kata Yolaine Surena dari Badan Perlindungan Sipil (DPC) kepada AFP.

Para korban itu tewas akibat rumah-rumah ambruk setelah hujan deras yang dimulai Senin petang.

Dua orang juga tewas akibat air deras menggenangi kamp tenda di pusat kota itu dekat reruntuhan istana, dan dua anak tewas di permukiman Christ -roi setelah rumah mereka ambruk, kata Surena.

Presiden terpilih Michel Martelly mengatakan ia mengunjungi perkampungan Cite Soleil, yang menurut para pejabat seluruhnya digenangi banjir.

"Saya berada di jalah-jalan saat hujan itu dan saya pulang ke rumah , memakai sepatu bot saya dan saya kembali ke jalan untuk melihat situasi," kata Martelly dalam pernyataan yang disiarkan televisi nasional.

"Saya kini berusaha membantu warga dan mendistribusikan sejumlah pangan. Saya mengharapkan warga dapat menemukan tempat penampungan," kata Martelly, yang bersama dengan para anggota kabinet barunya menyerahkan pasokan-pasokan makanan.

Hujan menyebabkan seluruh kota itu lumpuh karena air menggenangi jalan-jalan, mobil-mobil tidak bisa bergerak sejumlah diantaranya ditinggalkan oleh para pemiliknya.

Hujan dan angin yang disertai petir dan guruh menghantam pulau-pulau Karibia Selasa pagi tetapi sedikit peluang akan meningkat menjadi topan, kata Pusat Topan Nasional (NHC) yang berpangkalan di AS.

Curah hujan itu, kata NHC memperingatkan "dapat menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor di daerah-daerah Haiti, Republik Dominika , Jamaika dan Kuba.

Di Jamaika,Bada Meteorologi Nasional mengeluarkan peringatan banjir bandang bagi daerah-daerah yang letaknnya rendah dan daerah-daerah Kingston dan sekitar kota-kota.

Haiti menghadapi sejumlah tantangan berat bagi cuaca buruk di kawasan itu, karena prasarana negara itu yang hancur dan tempat-tempat penampungan yang sulit bagi ribuan orang yang hidup susah di ibu kota itu sejak gempa berkekuatan 7.0 skala Richter Januari 2010.

Gempa itu menghantam Port-Au Prince, menewaskan lebih dari 200.000 orang dan menyebabkan 1,2 juta orang kehilangan tempat tinggal di negara Karibia itu.

Akan tetapi jumlah itu menurun dalam pekan-pekan belakangan ini yang menurut laporan USAID yang belum disiarkan menyebutkan antara 46.000 dan 85.000 orang tewas akibat gempa itu, demikian dilaporkan AFP.

(SYS/H-RN/B002)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011