Makan bersama anak di meja makan, orang tua bisa mengetahui keinginan anaknya, selama ini kebanyakan orang tua hanya bisa memaksakan keinginannya terhadap anak, tanpa memperhatikan keinginan anak itu sendiri.
Bengkulu (ANTARA News) - Perkembangan anak dapat diketahui saat makan bersama orang tua di meja makan, sehingga perhatian orang tua akan lebih paham kehendak anaknya.

Selama ini pola makan bersama anak dalam keluarga sudah luntur, akibat kesibukan kerja dan kegiatan lainnya sehingga perhatian terhadap anak berkurang, kata Kepala Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengkulu Drs Hilaludin Nasir, Rabu.

Ia mengatakan, "Salah satu upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam memberikan perhatian terhadap anaknya, bisa dimulai dari meja makan kemudian ditindak lanjuti dengan program nyata."

"Makan bersama anak di meja makan, orang tua bisa mengetahui keinginan anaknya, selama ini kebanyakan orang tua hanya bisa memaksakan keinginannya terhadap anak, tanpa memperhatikan keinginan anak itu sendiri," katanya.

Saat ini kebiasaan makan bersama di meja makan sudah mulai hilang didalam keluarga, terutama di dalam kehidupan kota, banyak orang tua kurang memperhatikan anak, salah satunya sudah tidak tahu lagi anak makan dimana, karena kesibukan dari orang tua itu sendiri.

"Bapak dan Ibu sibuk dengan pekerjaannya, sehingga anak sudah tidak terkontrol lagi, kita harus tahu kemauan anak itu apa," tambah Hilaludin.

Melalui momentum hari keluarga ke-18, puncaknya jatuh pada tanggal 29 Juni 2011 di Lembang Jawa Barat, kebiasaan makan bersama meja makan bersama keluarga ini, bisa ditumbuhkan lagi di tengah-tengah keluarga.

Bila satu keluarga melakukan berapa kali makan bersama di meja makan bersama anaknya, sudah menjadi indikator keluarga sejahtera, apalagi bisa menumbuhkan sifat kekeluargaan terhadap anak.

Tentunya sifat kekeluargaan ini dapat dikembangkan dan diterapkan terhadap anak di dalam pergaulannya sehari-hari, sehingga mereka tidak terjebak dengan pergaulan bebas dan perbuatan melanggar hukum.

Ia mencontohkan, "Kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya bisa dilihat pada kondisi anak punk, berkeliaran disetiap perapatan jalan dalam Kota Bengkulu."

Meskipun berkali-kali ditertibkan petugas Satpol Pamong Praja (PP), namun tetap masih ada dan bahkan bertambah karena mereka berdatangan dari luar Kota Bengkulu.

"Padahal mereka ini terlahir ke dunia bukannya tanpa orang tua, tetapi karena kurangnya perhatian dan kasih sayang menyebabkan mereka menjadi seperti itu,"ujar Hilaludin.

Ketua Wilayah Yayasan Wanita Indonesia (YAWI) Provinsi Bengkulu Dra. Mirnalis mengatakan, "Bila kemauan anak bisa disalurkan orang tuanya, mudah-mudahan tidak menjadi anak jalanan karena membentuk anak jalan akan lebih rumit dan sulit, akibat mereka terbiasa bebas tanpa kendali."

Melihat kondisi anak jalan menjamur di Kota Bengkulu saat ini, Mirnalis berinsiatif membuat program untuk mengajak mereka belajar di rumah pintar dalam rangka merespon ajakan pemerintah untuk berbuat bagi anak bangsa.

Mengajak anak jalanan untuk rajin membaca itu, agar mereka menjadi pintar, dengan melalui program rumah pintar ini pihaknya juga berkeinginan agar minat baca anak di provinsi Bengkulu menjadi tinggi.

"Kita sangat prihatin minat baca anak Bengkulu saat ini masih rendah, diharapkan melalui rumah pintar mereka berkeinginan agar minat baca anak Bengkulu menjadi tinggi, apalagi anak jalanan tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah," katanya.

Ia menjelaskan, "Program rumah pintar tersebut sudah dilaksanakan pengurus wilayah YAWI di Sumatera Barat, untuk Provinsi Bengkulu saat ini masih menunggu bantuan peralatan dan fasilitas dari pusat."

Kesempatan membuka rumah pintar tersebut juga terbuka peluang ditingkat Kabupaten, asalkan pengurus wilayah di Kabupaten/Kota memiliki tempat permanen untuk dijadikan rumah pintar, ujarnya.

(T.Z005/ANTARA)



Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011