Jakarta (ANTARA) - Pada akhir tahun 2021 yang baru saja berlalu, upacara serah terima kendaraan konstruksi ke-1000 yang diproduksi PT. LiuGong Machinery Guangxi (LiuGong) asal China untuk pelanggan Indonesia berlangsung dengan sukses, letter of intent untuk pemesanan lebih dari 100 kendaraan baru turut ditandatangani dalam upacara tersebut.

Hal ini menandai satu lagi kesuksesan besar yang dicapai perusahaan industri mesin konstruksi terkemuka China tersebut dalam hal penjualan di pasar luar negeri utamanya. Penjualan produk LiuGong di pasar Indonesia meningkat 300 persen secara tahunan (yoy) selama 2021.

"Bisnis LiuGong di luar negeri bertumbuh 70 persen dalam 11 bulan pertama 2021. Total ekspor peralatannya mencapai 15.000, dengan 3.000 peralatan di antaranya diekspor ke negara-negara anggota ASEAN." ujar Manajer Umum Bisnis Internasional LiuGong Li Dongchun, seraya menyebut pencapaian tersebut sebagai persiapan untuk menyambut Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) yang selalu menjadi perhatian LiuGong.

Mulai berlaku pada 1 Januari 2022, RCEP mencakup 10 negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. Total populasi 15 negara tersebut, Produk Domestik Bruto (PDB), dan perdagangannya secara keseluruhan menyumbang sekitar 30 persen dari total dunia. Para peserta RCEP akan membangun Pakta Perdagangan Bebas Terbesar di Dunia.

Area yang dicakup RCEP merupakan pasar vital bagi ekspor produk mekanis dan listrik China serta selalu menjadi pasar luar negeri inti bagi LiuGong. Perusahaan tersebut mendirikan kantor luar negeri pertamanya di Vietnam pada 2004.
 
   Foto ini menunjukkan produk-produk LiuGong yang siap diserahkan ke pelanggan Indonesia. (Sumber: LiuGong


Seiring dengan langkah penataan bisnisnya di Asia Tenggara yang semakin cepat, LiuGong mendirikan jaringan pemasaran dan kantornya di Thailand, Myanmar, dan Laos. Pada 2019,perusahaan pemasaran dan produksi LiuGong di Indonesia didirikan. Saat ini, jaringan pemasaran dan layanan yang lengkap telah dijalin di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Integrasi ekonomi Asia Timur selalu dijunjung tinggi oleh LiuGong dalam upaya internasionalisasinya. Pada 2020, kendati ada dampak dari COVID-19, ASEAN menjadi mitra dagang terbesar China untuk pertama kalinya, dengan volume perdagangan bilateral melampaui 680 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp 14.275). Dalam 11 bulan pertama 2021, nilai ekspor dan impor China dengan 14 negara anggota RCEP lainnya mencapai 1,7 triliun dolar AS.

Presiden Eksekutif Dewan Bisnis China-ASEAN sekaligus Ketua Komite Kerja Sama Industri RCEP Xu Ningning mengatakan bahwa ASEAN menjadi pihak pertama yang menerapkan kebijakan kawasan perdagangan bebas di Asia Timur yang mendorong terwujudnya solidaritas, persatuan, dan pertumbuhan ekonomi ASEAN.

Menurut Xu, pembangunan kawasan perdagangan bebas China-ASEAN 3.0 dan RCEP dapat saling meningkatkan dalam berbagai aspek, perjanjian perdagangan bebas akan mendukung kerja sama dan pertukaran di bidang ekonomi digital dan ekonomi ramah lingkungan serta bersama-sama mendorong pembangunan yang inovatif, berkelanjutan, dan terpadu.

Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi adalah satu-satunya daerah setingkat provinsi di China yang memiliki perbatasan darat dan laut dengan negara-negara peserta RCEP. Menurut data dari Departemen Bisnis Guangxi, dari 2010 hingga 2020, nilai perdagangan antara daerah tersebut dengan para anggota RCEP tumbuh dari 8,8 miliar dolar AS menjadi 39 miliar dolar AS atau naik 3,4 kali lipat, serta menyumbang 55,5 persen terhadap nilai perdagangan luar negeri Guangxi. Dalam 10 tahun terakhir, nilai investasi dua arah Guangxi dengan negara-negara peserta RCEP mencapai 11,2 miliar dolar AS, dan anggota RCEP menjadi destinasi utama investasi ke luar negeri Guangxi.

Pejabat Departemen Perdagangan Guangxi menyatakan bahwa Guangxi akan memperdalam kerja sama ekonomi dengan para anggota ASEAN dan RCEP, memanfaatkan sepenuhnya aturan terkait pengurangan tarif, memfasilitasi perdagangan, serta meningkatkan ekspor dan impor dengan negara-negara anggota RCEP. Selain itu, Guangxi akan mendirikan pusat layanan perusahaan RCEP sebagai platform layanan investasi dan perdagangan "satu atap" (one-stop) antara China dan para anggota RCEP.

Menurut perkenalan Li Dongchun, LiuGong telah mendirikan anak perusahaannya di Indonesia dengan fungsi produksi. Perusahaan itu berencana meningkatkan proporsi lokalisasinya dalam penelitian dan produksinya serta menjalin hubungan kerja sama rantai industri yang lebih erat dengan perusahaan-perusahaan ASEAN supaya mampu merespons dan melayani pasar regional dengan tepat waktu.

"Kami juga akan meningkatkan sistem bisnis lintas perbatasan di bidang produksi, pemasaran, jasa, dan aksesori untuk peralatan energi baru di Asia Tenggara, memperluas bisnis produk energi baru di negara-negara peserta RCEP," ujar Li Dongchun.

Dia juga mengatakan perusahaannya akan meningkatkan investasinya di kawasan Asia-Pasifik, memperkuat kemampuannya untuk menguasai pasar, mengembangkan pelanggan, dan tahan terhadap risiko, berupaya mendirikan platform kerja sama baru dengan ASEAN, serta membangun Sabuk dan Jalur Sutra dengan lebih baik. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022