Sebagai orang asli Papua saya merasa bangga terhadap pengakuan batik Port Numbay di UNESCO sebagai warisan budaya.
Jayapura (ANTARA News) - Butik Port Numbay menggelar pelatihan membatik bagi mama-mama Papua dan para generasi muda di daerah itu.

Pelatihan membatik yang digelar di Butik Port Numbay, kelurahan Vim Kotaraja, Jayapura itu, mendatangkan ahli batik langsung dari pulau Jawa serta mendapat dukungan dari PT Freeport Indonesia.

Pengusaha Batik Port Numbay, Jimmy Hendrick Afaar kepada wartawan, di Jayapura, Kamis mengatakan, pelatihan (belajar) membatik bagi para ibu dan generasi muda itu bertujuan untuk memberikan pendidikan sekaligus memperkenalkan kepada mereka akan budaya Papua melalui batik.

"Selama lima tahun berkarya, sudah menjadi tanggung jawab saya untuk memperkenalkan kepada mereka budaya Papua lewat batik yang saya buat. Disamping itu, pelatihan ini juga akan berdampak positif bagi mereka dimana bisa membuka pemikiran mereka untuk berkarya lewat batik, meskipun hanya kecil-kecilan," katanya.

Dia menilai, memperkenalkan budaya Papua melalui batik perlu dilakukan, apalagi di era globalisasi yang semakin maju seperti saat ini. Untuk itu harus dimulai dari sekarang.

Batik Port Numbay, yang kini telah masuk dalam daftar peninggalan budaya tak benda warisan manusia di UNESCO, tak hanya berperan sebagai produk budaya, tetapi juga menyangkut banyak aspek, termasuk aspek ekonomi, yang meliputi ekonomi kreatif sampai ekonomi kerakyatan, dunia mode, pariwisata, hingga pendidikan.

Untuk itu keberadaanya harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan cara memperkenalkan batik kepada masyarakat melalui sejumlah cara. Salah satunya adalah dengan cara memberikan pelatihan membatik bagi masyarakat.

Dia mengakui, merasa bangga dan tanggung jawab terhadap pengakuan batik sebagai warisan budaya manusia kita hendaknya mampu memelihara dan melestarikannya. Salah satunya adalah dengan mempelajarinya.

Untuk mewujudkkannya, ujarnya, saya menggelar pelatihan batik sebagai salah satu upaya untuk melatih dan memberikan pendidikan kepada masyarakat sebagai usaha untuk melindungi dan mempromosikan batik.

"Sebagai orang asli Papua saya merasa bangga terhadap pengakuan batik Port Numbay di UNESCO sebagai warisan budaya. Apalagi seluruh budaya yang ada di Papua dapat diperkenalkan lewat batik," katanya.

Jimmy berharap, lewat pelatihan batik ini, kedepan bisa meningkatkan kemampuan warga masyarakat untuk berkarya lewat membatik.

"Untuk ke depan saya punya kerinduan, kehidupan masyarakat bisa lebih baik, asap dapur mereka melalui hasil batik dan biaya sekolah anak cucu mereka melalui hasil dari batik, sehingga pada saat saya dipanggil oleh Tuhan, sudah ada penerus yang menjaga budaya dan kelestarian harkat dan martabat orang Papua lewat batik," harapnya.

Menurut dia, batik yang dibuat oleh mama-mama Papua dalam pelatihan itu akan di pajang di alun-alun Grand Indonesia bersama-sama hasil batik Port Numbay.

Pada kesempatan itu juga, Jimmy Hendrick Afaar menyampaikan rasa terimakasih kepada PT Freeport Indonesia yang telah memberi perhatian kepada usaha batik miliknya, sehingga bisa mendapat tempat di alun-alun Grand Indonesia Jakarta.

"Saya sangat berterimakasih kepada PT Freeport yang sudah mendukung usaha saya dan pelatihan ini. Dalam hal ini seluruh aset yang ada alun-alun grang Indonesia semuanya akan ditanggung oleh mereka," kata Jimmy.

Menurut rencana, program pelatihan membatik ini juga akan diselenggarakan di beberapa kabupaten, yakni Timika, Fak-Fak, Manokwari dan Wamena.

(KR-ALX) (ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011