New York (ANTARA) - Dolar sedikit menguat terhadap sekeranjang mata uang utama pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dan mencatat kenaikan hari kelima berturut-turut terhadap yen Jepang, mencapai level tertinggi lima tahun karena investor memandang varian Omicron tidak mungkin menggelincirkan ekonomi global atau menunda kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Fed tahun ini telah mendukung greenback, dengan mereka yang memperkirakan setidaknya kenaikan 25 basis poin pada pertemuan komite penetapan kebijakan bank sentral pada Maret mencapai 60 persen, CME FedWatch Tool menemukan.

Imbal hasil obligasi 5 tahun AS, yang sensitif terhadap ekspektasi kenaikan suku bunga, mencapai level tertinggi sejak Februari 2020. Imbal hasil obligasi 2 tahun AS, yang juga mencerminkan pandangan pasar tentang suku bunga, turun tipis setelah menyentuh level tertinggi 22-bulan pada Senin (3/1/2022).

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik 0,06 persen, dengan euro turun 0,05 persen menjadi 1,1288 dolar AS.

Yen Jepang melemah 0,65 persen versus greenback pada 116,08 per dolar, setelah dolar mencapai level tertinggi 116,34 terhadap yen, level tertinggi sejak 11 Januari 2017.

"Tentu saja, dolar/yen di kisaran ketat, semuanya didorong oleh imbal hasil, 2022 ada di sini dan pasar hanya bersiap untuk suku bunga yang lebih tinggi dari The Fed, sehingga menjadi katalis utama yang mendorong dolar/yen lebih tinggi," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.


Baca juga: Dolar menguat di hari pertama perdagangan 2022, "yields" obligasi naik


"Hal utama di sini, tentu saja Omicron sangat tidak dapat diprediksi, tetapi sejauh ini pasar mengambil bahwa sepertinya itu tidak akan memberikan pukulan signifikan terhadap pemulihan, sehingga hanya meningkatkan sorotan pada bank sentral dan bagaimana mereka cenderung mendorong suku bunga lebih tinggi."

Presiden Federal Reserve Bank Minneapolis, Neel Kashkari, yang dikenal sebagai dovish, mengatakan dia memperkirakan bank sentral AS perlu menaikkan suku bunga dua kali tahun ini untuk mengatasi inflasi yang terus tinggi, membalikkan pandangannya yang telah lama dipegang bahwa suku bunga harus tetap di nol setidaknya sampai 2024.

Pada Senin (3/1/2022), Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengizinkan penggunaan dosis ketiga vaksin COVID-19 Pfizer dan BioNTech untuk anak-anak berusia 12 hingga 15 tahun, dan mempersempit interval untuk kelayakan suntikan booster menjadi lima bulan dari enam bulan.

Investor mulai melihat Omicron berpotensi kurang mengganggu ekonomi global daripada varian virus corona sebelumnya, karena penelitian menunjukkan risiko rawat inap lebih rendah.

Sterling terakhir diperdagangkan di 1,3531 dolar, naik 0,45 persen hari ini, setelah mencapai level tertinggi dua bulan di 1,3557 dolar terhadap greenback dan level tertinggi hampir dua tahun terhadap euro, didukung oleh ekspektasi bahwa bank sentral Inggris akan menaikkan suku bunga bulan depan.


Baca juga: Dolar naik tipis dalam perdagangan dipicu optimisme kondisi ekonomi

Indeks dolar secara singkat memangkas kenaikannya setelah data ekonomi dari Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas pabrik nasional turun ke 58,7 bulan lalu, di bawah perkiraan 60,0. Itu adalah yang terendah sejak Januari lalu dan mengikuti angka 61,1 pada November.

Data lain menunjukkan rekor 4,5 juta orang Amerika secara sukarela berhenti dari pekerjaan mereka pada November, yang kemungkinan akan menekan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan upah dalam upaya menarik para pekerja.

Bitcoin terakhir turun 0,45 persen menjadi 46.230,94 dolar AS.


Baca juga: Dolar sedikit melemah dalam perdagangan liburan yang tenang
Baca juga: Dolar terangkat oleh aliran "safe-haven" dan ekspektasi kebijakan Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022