Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Ditjen Bimas Islam M. Fuad Nasar mengingatkan setiap dai atau mubalig dan penceramah harus mengenali karakteristik umat tempat berdakwah serta menguasai peta jalan dakwah agar tak menyampaikan pesan secara provokatif dan agitatif.

"Seorang dai dalam berdakwah harus mampu terlebih dahulu mengenali karakteristik umat yang akan menerima materi dakwahnya, karena setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, dan terpenting menguasai peta jalan dakwah," ujar Fuad Nasar saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.

Fuad menilai pendakwah, selain menguasai ilmu agama yang dalam, juga harus memiliki ilmu komunikasi yang baik dan memahami pengetahuan kemasyarakatan yang memadai.

Di sisi lain saat berbicara atau berdakwah di masyarakat, kata Fuad, hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemajuan berpikir dan nalar masyarakat.

"Dalam menyampaikan konten dakwah, pendakwah harus menguasai ilmu komunikasi yang baik agar materi yang disampaikan tepat sasaran dan meminimalisir terjadinya bias dalam komunikasi dakwah," kata dia.

Selain itu, Fuad mengingatkan kepada juru dakwah dalam melaksanakan tugasnya harus mengajak dan menyeru manusia kepada kebaikan, sesuai dengan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin (menjadi rahmat bagi seluruh alam).

"Penceramah agama diharapkan selalu menjaga satu kata dengan perbuatan. Sebelum sukses membina umat, hendaklah sukses membina diri sendiri terlebih dahulu," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengingatkan para ustad maupun dai agar ketika berceramah mengedepankan cara-cara santun dan sesuai ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin serta tak boleh memancing emosi publik.

"Ceramah harus disampaikan dengan hikmah dan mauidhah hasanah. Bukan dengan cara-cara menghina dan memprovokasi. Hal itu bukan mengundang simpati, tapi emosi," ujar Yaqut.

Pernyataan itu disampaikan Menag menanggapi perusakan Pondok Pesantren As-Sunnah, Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, NTB, oleh sekelompok orang tidak dikenal pada Minggu (2/12/2021) sekitar pukul 02.10 WITA.

Peristiwa perusakan diduga dipicu oleh viralnya ceramah ustadz dari Ponpes As-Sunnah yang mengatakan Makam Selaparang, Sukarbela, Alibatu, sebagai tain basong (kotoran anjing).

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022