Manajemen prakerja aktif melakukan semacam roadshow ke beragam daerah, bahkan ke daerah-daerah terluar di Indonesia...
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai manajemen pelaksana program Kartu Prakerja terus melakukan perbaikan terhadap agenda tersebut agar dapat diakses oleh beragam kelompok masyarakat.

“Manajemen prakerja aktif melakukan semacam roadshow ke beragam daerah, bahkan ke daerah-daerah terluar di Indonesia untuk memastikan bahwa program ini bisa terakses oleh masyarakat luas,” kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Rabu.

Di samping itu, lanjutnya, jumlah lembaga pelatihan juga ditambah dengan variasi kurikulum yang berbeda untuk mengakomodir beragam industri, lapangan usaha, pilihan karir dari para calon penerima bantuan ini.

Baca juga: Kartu prakerja perlu diarahkan untuk mereka yang punya rencana kerja

Namun, ia mengingatkan bahwa penerima bantuan Kartu Prakerja perlu diberikan sosialisasi karena dalam beberapa kasus, mereka yang lolos persyaratan untuk memperoleh insentif tak sepenuhnya terinformasi sehingga belum bisa mencairkan bantuan tersebut.

“Bisa saja calon penerima bantuan tidak menangkap informasi secara keseluruhan dari Kartu Prakerja karena bahasa komunikasi yang rumit dan tidak ada semacam pengingat dari program Kartu Prakerja,” ungkap Yusuf.

Selain itu, dia menyatakan bahwa program Kartu Prakerja perlu diarahkan kepada mereka yang telah mempunyai rencana kerja ke depan. Jika belum punya, katanya, dapat dibantu konsultasi untuk pengarahan rencana kerja.

Baca juga: Kartu Prakerja tambahkan fitur pencarian pekerjaan "job search"

Menurutnya, terdapat dua tipe penerima Kartu Prakerja. Pertama ialah mereka yang sesuai dengan pelatihan, dan tak sesuai sasaran pelatihan.

Bagi mereka yang sesuai sasaran pelatihan pasti memiliki kecenderungan khusus. Seperti pedagang yang ingin mengetahui teknik berjualan online atau sopir ojek online yang ingin bisa berbahasa Inggris.

Sementara itu untuk tipe kedua penerima Kartu Prakerja yaitu yang tidak sesuai sasaran pelatihan, mereka tak mempunyai rencana mengenai karir/pekerjaan sehingga tujuan utama mereka bukan pengembangan skill. Tetapi lebih kepada mengincar insentif yang didapatkan setelah memperoleh bantuan.

“Mereka memilih bantuan pun lebih didasarkan alasan direkomendasikan teman dan/atau melihat rating yang tinggi. Tentu yang tidak sesuai dengan kriteria inilah yang menjadi salah satu bahan evaluasi dari penyaluran Kartu Prakerja,” ujar ekonom tersebut.

Baca juga: Kartu Prakerja bantu PMI purna kerja kembali beraktivitas

Pada Rabu (15/12) Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan program Kartu Prakerja akan dimulai kembali pada akhir Januari atau awal Februari 2022 pada gelombang 23 dengan total anggaran Rp11 triliun.

Untuk semester I 2022, program kartu prakerja akan dilaksanakan menggunakan skema semi bansos pelatihan online. Sedangkan untuk semester II menggunakan skema normal pelatihan offline dan online.

Yusuf berpendapat, seharusnya skema hybrid menjadi yang relatif ideal menimbang keterampilan teknis akan lebih terasa dan mudah diawasi (ketika melatih) ketika proses pelatihannya dilakukan secara luring.

“Tentu skema ini akan sangat bergantung dengan kondisi pandemi COVID-19, dengan asumsi bahwa penyebaran pandemi sudah akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” sebutnya.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022