Aden, Yaman (ANTARA News/AFP) - Tiga tentara Yaman, termasuk seorang kolonel, dan empat tersangka pejuang Alqaida tewas dalam bentrok di kota selatan bergolak Zinjibar pada Minggu, kata pejabat tentara dan petugas kesehatan.

"Saya kehilangan satu orang saya, Kolonel Salem al-Zuba," yang tewas dalam bentrok sengit dengan kelompok bersenjata Alqaida, kata perwira dari Brigade Zeni 25 terkepung kepada kantor berita Prancis AFP.

Petugas kesehatan di rumah sakit tentara di Aden menyatakan mayat dua tentara dibawa dari medan laga Zinjibar, yang sebagian besar dikuasai tersangka pejuang Alqaida pada bulan lalu.

Rumah sakit Al-Razi di Jaar, kota terdekat, menerima mayat empat pejuang Alqaida, di samping lima yang luka, kata petugas kesehatan kepada AFP.

Juru bicara tak dikenal, yang mendaku mewakili kelompok bersenjata di Zinjibar itu, mengatakan kepada AFP melalui telepon bahwa pejuang tersebut "menyerbu bagian dari markas brigade 25", yang dibantah petugas itu.

Penduduk menyatakan pesawat tempur beterbangan di atas Zinjibar pada Minggu.

Alqaida di Semenanjung Arab (AQAP), yang menggunakan pangkalan Yaman-nya untuk melancarkan serangan berani, tapi gagal, atas Arab Saudi dan Amerika Serikat, merebut kota Zinjibar di selatan sekitar 10 hari lalu bersama pejuang lain bergaris keras.

Kota itu dekat dengan jalur pelayaran, tempat sekitar tiga juta barel minyak lewat setiap hari.

Warga dan tentara Yaman meningkatkan pertempuran untuk merebut kembali Zinjibar, kata pejabat setempat.

Lebih banyak korban diperkirakan jatuh di kota itu, yang pernah berpenduduk sekitar 50.000 orang, tapi sekarang sebagian besar merupakan kota hantu akibat pertempuran merebut kekuasaan tersebut.

Terjadi juga pertempuran lagi di kota Taiz, selatan Sanaa.

Gencatan senjata tengahan Saudi berlaku di ibukota Sanaa setelah dua pekan pertempuran antara pasukan Presiden Ali Abdullah Saleh dengan suku, dengan lebih dari 200 orang tewas dan ribuan lagi mengungsi.

Saleh, veteran politik lihai, menantang seruan menerima kesepakatan peralihan kekuasaan tengahan GCC (Dewan Kerjasama Teluk), mundur tiga kali pada menit terakhir dari penandatanganannya.

Ia dirawat di rumah sakit Riyadh, Arab Saudi.

Masa depan Yaman, terbelah oleh persaingan antara kepala suku, jenderal dan politisi, tidak pasti.

Putera dan kerabat Saleh tetap di Yaman, memimpin satuan khusus tentara dan badan keamanan.

Pesaing lain dalam kemungkinan perebutan kekuasaan termasuk persatuan suku Hashed, yang bersenjata baik, pecahan pemimpin tentara pembelot, pegaris keras, kaum kiri dan warga marah, yang mencari bantuan dari kemiskinan melumpuhkan, korupsi dan kegagalan layanan umum.

Pengunjuk rasa muda merayakan keberangkatan Saleh, tapi waspada terhadap setiap upaya pemimpin cerdik itu untuk kembali.

"Dalam waktu dekat, tantangan terbesar adalah membuat alur layak perubahan politik, yang memiliki dukungan rakyat dan memungkinkan warga Yaman kembali ke sediakala setelah berbulan kerusuhan," kata Robert Powell, pengulas Yaman di Satuan Sandi Ekonomi.

"Dalam jangka menengah, tantangan terbesar Yaman adalah ekonomi, negara termiskin di Timur Tengah, yang kehabisan minyak dan air serta keruntuhan ekonomi sepenuhnya, kecuali ditemukan dorongan lain pertumbuhan," katanya.

Negara Barat kuatir kekacauan akan memudahkan AQAP bergerak dan menggandakan bahaya bagi Arab Saudi tetangganya dan neggara Teluk lain penghasil minyak.(*)

(Uu.B002/H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011