Tokyo (ANTARA) - Kurs Dolar AS  naik di dekat level tertinggi dalam lima tahun terakhir terhadap yen di perdagangan Asia pada Kamis pagi, didukung oleh lonjakan imbal hasil (yields) obligasi pemerintah AS di tengah meningkatnya spekulasi untuk kenaikan suku bunga Federal Reserve pada Maret.

Greenback berdiri di 116,115 yen, sedikit berubah dari posisi Rabu (5/1/2022) ketika reli kembali menuju tertinggi Selasa (4/1/2021) di 116,355 yen, terangkat oleh retorika yang lebih hawkish dari para pejabat Fed dan laporan pekerjaan AS yang kuat.

Antisipasi pengetatan kebijakan yang lebih cepat melemahkan aset-aset berisiko, dengan pound Inggris mundur dari level tertinggi hampir dua bulan dan mata uang kripto jatuh ke posisi terendah multi-bulan.

Pejabat Fed mengatakan pasar tenaga kerja AS yang "sangat ketat" mungkin memerlukan kenaikan suku bunga lebih cepat, dan mengindikasikan mereka juga dapat mengurangi kepemilikan aset bank sentral secara keseluruhan untuk menjinakkan inflasi tinggi - sebuah proses yang disebut pengetatan kuantitatif (QT), risalah pertemuan kebijakan 14-15 Desember mereka menunjukkan.

Setelah itu, suku bunga dana federal (fed funds) berjangka memperkirakan peluang sekitar 80 persen dari kenaikan Fed seperempat poin pada pertemuan Maret.

Sebelumnya pada hari itu, laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan data penggajian swasta AS melonjak bulan lalu lebih dari dua kali lipat dari perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Reuters, berpotensi meningkatkan ekspektasi untuk angka penggajian (payrolls) nonpertanian yang akan dirilis Jumat (7/1/2022).

"Dengan peluang kenaikan suku bunga pada Maret dan ancaman pengetatan kuantitatif tahun ini, dolar akan mempertahankan bentuk yang tangguh," tulis ahli strategi TD Securities dalam sebuah laporan.

"Itu akan membuat dolar/yen didukung dari waktu ke waktu, meskipun kami kira Fed yang sangat hawkish dapat menyebabkan gangguan pencernaan jangka pendek untuk pasar-pasar berisiko."

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap yen dan lima mata uang utama lainnya, hampir datar di 96,209 dari Rabu (5/1/2022), ketika rebound dari kerugian intraday setinggi 0,44 persen setelah rilis risalah pertemuan Fed.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS lima tahun, yang sangat sensitif terhadap ekspektasi suku bunga, naik ke level tertinggi hampir dua tahun.

Meskipun Fed semakin hawkish selama beberapa bulan terakhir, yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga tiga perempat poin untuk tahun ini pada pertemuan kebijakan Desember, kenaikan indeks dolar telah mengalami stagnasi sejak mencapai level tertinggi 16-bulan di 96,938 pada akhir November.

"Dinamika tren dan momentum terus mendukung dolar, tetapi harga-harga akan menembus tertinggi di kuartal keempat 2021 untuk menegaskan kembali tren naik dalam banyak kasus," George Davis, ahli strategi di RBC, menulis dalam sebuah laporan, menunjuk ke euro, sterling dan dolar Australia pada khususnya.

Euro berdiri di 1,1310 dolar karena terus berkonsolidasi di tengah kisaran perdagangannya sejak pertengahan November. Mata uang tunggal itu turun ke level 1,1186 dolar pada 24 November untuk pertama kalinya sejak Juli 2020.

Sterling diperdagangkan pada 1,3550 dolar, setelah mundur semalam dari tertinggi hampir dua bulan di 1,3599 dolar setelah risalah Fed.

Aussie tergelincir ke 0,7215 dolar AS, turun dari level tertinggi intraday 0,7273 dolar AS pada Rabu (5/1/2022).

Di pasar mata uang kripto, bitcoin stabil di sekitar 43.600 dolar AS setelah turun ke level terendah satu bulan di 42.413,59 dolar AS di sesi sebelumnya.

Ether memulihkan ketenangannya menjadi diperdagangkan di sekitar 3.500 dolar AS, setelah merosot ke 3.410,22 dolar AS semalam untuk pertama kalinya sejak pertengahan Oktober.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022