Dengan memproduksi sendiri pakan konsentrat ini maka biaya yang dikeluarkan para peternak lebih ringan, dan mereka diharapkan dapat segera pulih perekonomiannya.
Sleman (ANTARANews) - Korban bencana erupsi Gunung Merapi yang tinggal di "shelter" Gondang 1, Dusun Gondang, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta memproduksi konsentrat sebagai pakan ternak alternatif.

"Pembuatan pakan ternak alternatif secara mandiri ini dimaksudkan untuk mengimbangi kebutuhan pakan tambahan yang lebih murah," kata pelatih dan pendamping produksi pakan ternak alternatif Sutresniwati, Selasa.

Menurut dia, pakan ternak konsentrat ini ditujukan untuk pakan ternak sapi perah dan sapi potong yang banyak dipelihara warga lereng Gunung Merapi.

"Saat ini rerumputan di lereng Merapi yang sebelumnya digunakan warga sebagai pakan ternak belum banyak tumbuh, padahal kebutuhan pakan cukup tinggi sebab warga kembali memelihara sapi setelah mendapat sapi pengganti dari pemerintah," katanya.

Ia mengatakan, dengan memproduksi sendiri pakan ternak konsentrat ini maka biaya yang dibutuhkan warga akan jauh lebih murah dibanding jika harus membeli di pasaran.

"Dengan memproduksi sendiri pakan konsentrat ini maka biaya yang dikeluarkan para peternak lebih ringan, dan mereka diharapkan dapat segera pulih perekonomiannya," katanya.

Sutrresniwati mengatakan, sebelum erupsi Merapi 2010 terdapat lebih 6.000 ekor populasi sapi di Cangkringan dengan kebutuhan 30 ton konsentrat per hari.

"Rata-rata per ekor sapi butuh minimal 5 hingga 10 kilogram konsentrat, kebutuhan pakan ini dihitung dari 10 persen berat badan sapi diluar pakan rumput," katanya.

Ia mengatakan, dengan produksi sendiri biaya pembuatan Rp1.500 hingga Rp1.900 per kilogram, sedangkan jika membeli konsentrat di pasaran mencapai Rp2.600 per kilogram.

"Satu ekor sapi bisa menghemat minimal Rp5.000 per hari, selain itu nutrisi juga bisa dikontrol," katanya.

Pakan konsentrat ini menggunakan bahan "dedak" (serbuk padi), bungkil kelapa, kedelai afkir, tetes tebu dan polar.

"Dedak dan polar sebagai sumber tenaga, sementara bungkil kelapa dan kedelai afkir sebagai sumber protein, sedangkan tetes tebu sebagai perasa," katanya.

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011