Kita perlu tahu, bahwa kehamilan pada usia muda itu sangat berisiko bagi proses persalinan itu sendiri
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menegaskan kepada seluruh remaja di Indonesia untuk menghindari hubungan seks di usia muda karena dapat berakibat pada kualitas hidup dan nyawa seorang anak.

"Hubungan seks di bawah usia 20 tahun adalah hubungan yang sangat berisiko. Maka nasihatnya, jangan mendekati zina," kata Hasto dalam keterangan tertulis BKKBN yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan data yang ada, kata dia, besaran persentase anak yang sudah melakukan hubungan seks pada usia 11-14 tahun mencapai enam persen. Sedangkan pada usia 15-19 tahun, 74 persen laki-laki dan 59 persen perempuan mengaku sudah pernah melakukan hal tersebut.

Kemudian pada usia 20-24 tahun, jumlah yang sudah berhubungan seks mencapai 12 persen untuk laki-laki dan 22 persen pada perempuan.

Menurutnya, banyaknya anak melakukan hubungan seks disebabkan oleh pergaulan bebas yang tak hanya terjadi di perkotaan, tetapi juga di desa. Pergaulan bebas itu yang akhirnya mengarah pada pergaulan berisiko sehingga anak, khususnya pada perempuan, mengalami kehamilan-kehamilan yang tidak dikehendaki.

Akibatnya, katanya, 17 per 100 kehamilan di Indonesia terjadi rata-rata tak diinginkan secara menyeluruh.

Selain itu, dampak yang diberikan sangat memprihatinkan karena anak menikah terlalu dini sehingga kehilangan harapan untuk bersekolah. Anak yang dikandung juga dapat berisiko terlahir dalam keadaan kerdil (stunting) bahkan mengancam keselamatan nyawa ibu dan bayi.

"Ujung-ujungnya menjadikan kualitas sumber daya manusia kita sangat rendah. Kita perlu tahu, bahwa kehamilan pada usia muda itu sangat berisiko bagi proses persalinan itu sendiri. Hamil pada usia muda menyebabkan tulang berhenti tumbuh, maka dari itu usia ideal perempuan menikah usia 21 tahun dan laki-laki usia 25 tahun," katanya.

Ia menyebutkan di seluruh dunia penduduk remaja sudah ada sebanyak 1,8 miliar. Namun bila bicara mengenai kondisi Indonesia pada tahun 2025, jumlah remaja usia 10-14 tahun diprediksi mencapai sebanyak 64 juta jiwa. Artinya, populasi tersebut mencapai 28,6 persen dari total penduduk negara.

Agar dapat memetik bonus demografi sesuai dengan prediksi, katanya, BKKBN kini sedang mengembangkan Rumah baca PKB/PLKB yang merupakan media sosial untuk melayani informasi kepada penyuluh KB PLKB, kader dan mitra-mitra kerja di lini lapangan.

BKKBN juga meluncurkan logo baru yang bermakna "Wadah dan jendela Pengetahuan Informasi" bagi penyuluh KB PLKB, kader dan Mitra lini lapangan, yang salah satunya jendela informasi seputar persiapan pernikahan.

Ia berharap, para remaja dapat menjadi generasi yang berencana, karena negara sangat mengharapkan generasi muda menjadi generasi yang berkualitas sebagai tumpuan masa depan bangsa. “Kuncinya apabila remaja berkualitas, penduduk berkualitas maka kita akan memetik bonus demografi menjadi kesejahteraan bangsa. Oleh karena itu, remaja tidak kawin pada usia muda, kemudian bekerja, tidak putus sekolah. Emotional sex itu bisa tidak terbendung," demikian Hasto Wardoyo.

Baca juga: BKKBN: Usia seks makin maju namun edukasi kesehatan reproduksi stagnan

Baca juga: BKKBN: GenRe jauhi remaja dari seks bebas

Baca juga: PKBI: Seks Agar Tak Ditabukan Bagi Anak


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022