Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia bersama pemerintah Jepang hari ini menandatangani Memorandum of Cooperation (MoC) transisi energi yang bertujuan memfasilitasi kerja sama energi antara kedua pihak untuk merealisasikan program transisi energi.

Kegiatan penandatanganan kerja sama itu dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif bersama Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang Hagiuda Koichi.

"Terima kasih atas inisiatif terlaksananya kerja sama dan penandatangan MoC. Ini tentu saja upaya yang luar biasa dari pihak Jepang," kata Menteri Arifin usai penandatangan MoC di Jakarta, Senin.

Arifin menjelaskan bahwa program transisi energi di Indonesia perlu mendapatkan dukungan mitra internasional agar bisa mencapai target netralitas karbon pada 2060.

Karena itu, pemerintah Indonesia mengundang partisipasi investor supaya bisa mendukung program tersebut.

"Beberapa perangkat kebijakan yang kami lakukan adalah memberikan kemudahan berbisnis dan menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait tarif energi baru terbarukan," ujar Menteri Arifin.

Lebih lanjut dia mengakui sektor energi dipastikan akan menghadapi tantangan besar di masa depan karena ada kecenderungan peningkatan ketergantungan energi fosil.

Menurutnya, kerja sama bilateral ini akan mampu menjadi proses alih teknologi demi mewujudkan percepatan transisi energi.

"Indonesia dan Jepang bisa mengembangkan bersama-sama teknologi carbon capture, utilization, and storage (CCUS) dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia," jelas Arifin.

Menteri Ekonomi, Perdangangan, dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Koichi menyambut baik kerja sama guna membantu mempercepat pencapaian proses transisi energi di Indonesia.

"Jepang ingin membantu merealisasikan target tersebut melalui kerangka Asia Energy Transition Inisiative," kata Haguida.

Rincian kerja sama yang disepakati dalam MoC, yaitu penyusunan peta jalan transisi energi menuju emisi bersih berdasarkan target nasional masing-masing, pengembangan dan penyebaran teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis antara lain hidrogen, bahan bakar amonia, carbon recycling, dan CCS/CCUS, mendukung upaya dalam forum multilateral untuk mempercepat kerja sama teknologi yang berkontribusi pada transisi energi yang realistis, dan dukungan untuk pengembangan kebijakan, pengembangan sumber daya manusia, dan berbagi pengetahuan tentang transisi energi dan teknologi yang digunakan.

Pada tataran teknis, saat ini tengah berlangsung studi bersama antara Mitsubishi Indonesia Reperesentative dengan Puslitbangtek Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) mengenai co-combustion fuel ammonia pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Studi yang dijadwalkan selesai pada Januari 2022 ini bertujuan untuk menilai kelayakan teknis dan ekonomis penggunaan ammonia untuk mensubstitusi sebagian batu bara, sehingga umur operasional PLTU dapat dipertahankan.

"Dengan senang hati saya sampaikan bahwa Jepang telah menjadi mitra penting bagi perjalanan Indonesia menuju transisi energi. Dengan dukungan nyata, kami percaya untuk mencapai net zero emission 2060 dengan tetap menjaga keamanan, akses, dan keterjangkauan energi," ucap Haguida.

Baca juga: IESR: Pemerintah perlu mempersiapkan ekosistem transisi energi
Baca juga: Lembaga riset: Masih banyak PR wujudkan transisi energi Indonesia
Baca juga: SKK Migas: Perlu cara tak biasa untuk capai target produksi migas 2022

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022