Tokyo (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyelesaikan kunjungan kerja dan kenegaraannya ke Swiss dan Jepang pada Sabtu (18/6) waktu Jepang dan dijadwalkan tiba kembali di Jakarta pada Minggu (19/6) dini hari.

Presiden Yudhoyono mengakhiri kunjungan kenegaraannya di Jepang dengan melakukan kunjungan ke Kesennuma, Prefektur Miyagi, sebuah kawasan di Jepang yang terkena bencana gempa dan tsunami pada Maret lalu.

Di akhir lawatannya Presiden mengemukakan bahwa sesiap apapun suatu negara tetapi menghadapi suatu bencana dengan skala yang sangat besar tetap membutuhkan perhatian yang khusus untuk menanganinya.

Presiden dan Ibu Ani menyempatkan diri berdialog dengan para pengungsi seusai menyerahkan bantuan dari pemerintah dan rakyat Indonesia senilai 2 juta dolar AS.

Kepala Negara dan Ibu Ani melakukan kunjungan ke Swiss dan Jepang pada 13-18 Juni 2011. Di Swiss Presiden menghadiri Konferensi ke-100 Organisasi Buruh Internasional (ILO) sedangkan di Jepang Presiden memenuhi undangan Kaisar Akihito.

Kepala Negara didampingi oleh Ibu Ani Yudhoyono berada di Jenewa pada 13 Juni 2011 hingga 15 Juni 2011. Turut dalam rombongan antara lain Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sofyan Wanandi, dan perwakilan serikat pekerja Indonesia.

Selain menyampaikan pidato pada Konferensi ke-100 ILO, Presiden mengadakan pertemuan dengan Direktur Jenderal Kantor PBB di Jenewa Kassym-Jomart Tokayev, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan, dan Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Pengurangan RIsiko Bencana Margareta Wahlstrom.

Presiden juga menerima Wakil Presiden Eksekutif Nestle Nandu Nandkishore dan CEO Omega Critophe Berthaud.

Di Jepang, Presiden selain memenuhi undangan Kaisar Akihito juga mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Naoto Kan serta serangkaian pertemuan lain.

Menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, kunjungan Presiden Yudhoyono ke Jepang untuk mengekspresikan perasaan simpati dan empati sebagai pemimpin dan juga mewakili simpati masyarakat Indonesia terhadap masyarakat Jepang yang terkena dampak bencana gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011.

Sedangkan di Tokyo, Presiden memberikan kuliah umum di National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) berjudul "Responding to International Challanges, Strengthening Indonesia-Japan Relation" yang dihadiri sekitar 300 undangan terdiri atas politisi, akademisi, pebisnis, dan masyarakat Jepang.(*)
(T.G003/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011