Banyak kematian tidak dihitung karena terjadi beberapa bulan pascainfeksi.
Jakarta (ANTARA) - Jumlah sebenarnya kasus kematian akibat pandemi COVID-19 di Amerika Serikat (AS) mungkin lebih banyak dari yang dilaporkan lantaran banyak kematian tidak diperhitungkan karena terjadi berbulan-bulan pascainfeksi, menurut seorang CEO perusahaan asuransi.  

"Kematian yang dilaporkan sebagai kematian akibat COVID-19 sangat jauh lebih kecil dari jumlah kematian sebenarnya akibat pandemi di kalangan orang-orang usia kerja," kata CEO OneAmerica Scott Davison seperti dikutip The Guardian.
 
Para tenaga kesehatan bekerja di ruang unit perawatan intensif (ICU) di "Area COVID" Rumah Sakit Beverly di Montebello City, California, Amerika Serikat, pada 22 Januari 2021. (Xinhua)


Kematian akibat dampak infeksi COVID-19 sulit dilacak, karena virus tersebut mungkin tidak lagi ada pada saat kematian namun telah melemahkan organ tubuh atau memunculkan penyakit baru yang fatal, papar surat kabar itu. 

Sementara itu, seorang ahli memperkirakan bahwa sekitar lima juta warga Amerika kemungkinan tidak datang bekerja pada pekan ini akibat COVID-19, sehingga menimbulkan beban berat pada sektor bisnis dan transportasi, seperti dilansir surat kabar Inggris Daily Mail. 

Sebagian besar ahli meyakini bahwa infeksi COVID-19 akan terus meningkat di AS selama beberapa pekan ke depan sebelum lonjakan varian Omicron mencapai puncaknya pada akhir Januari mendatang.

Pakar penyakit menular terkemuka di AS Dr. Anthony Fauci mengatakan bahwa negara itu kemungkinan akan terus mencatatkan lebih dari 1 juta kasus setiap harinya. 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022