New York (ANTARA) - Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), setelah kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengisyaratkan bahwa sementara Fed akan menormalkan kebijakannya, ia belum membuat keputusan untuk mengurangi neraca bank hampir sembilan triliun dolar AS.

Powell mencatat bahwa pembuat kebijakan masih memperdebatkan pendekatan untuk mengurangi neraca Fed, dan mengatakan kadang-kadang perlu dua, tiga atau empat pertemuan bagi mereka untuk membuat keputusan seperti itu.

Pesan keseluruhan Powell pada Selasa (11/1/2022) kurang hawkish daripada yang diperkirakan beberapa investor, terutama mengingat komentar baru-baru ini dari beberapa pembicara Fed lainnya, kata para analis.

Inflasi tinggi dan pemulihan yang kuat akan membutuhkan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga setidaknya tiga kali tahun ini, dimulai segera setelah Maret, dan menjamin pengurangan cepat kepemilikan aset Fed untuk menarik kelebihan uang tunai dari sistem keuangan, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada Senin (10/1/2022).


Baca juga: Dolar stagnan di sesi Asia, pedagang tunggu petunjuk kebijakan Powell

"Powell membantah komentar hawkish dari orang lain di komite penetapan suku bunga Fed, menunjukkan bahwa keputusan pengetatan kuantitatif akan datang dalam dua hingga empat pertemuan berikutnya, dengan obligasi diizinkan untuk bergulir secara organik - sebagai lawan dari menjual sekuritas secara aktif ke pasar," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto.

"Ini mengangkat selera risiko global dan memacu aliran ke mata uang yang sensitif terhadap imbal hasil seperti dolar Kanada."

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,32 persen pada 95,627. Dolar Kanada naik sekitar 0,8 persen terhadap greenback.

Sementara indeks dolar telah didukung dengan baik dalam beberapa pekan terakhir oleh gagasan bahwa Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif tahun ini, dolar telah berjuang untuk menembus di atas tertinggi 16-bulan yang disentuh akhir November.

Pedagang telah meningkatkan taruhan untuk kenaikan suku bunga tahun ini setelah risalah bank sentral AS dari pertemuan kebijakan 14-15 Desember menyatakan kenaikan suku bunga lebih awal dari perkiraan dan kemungkinan bahwa bank sentral dapat memotong kepemilikan obligasi lebih cepat dari yang diperkirakan banyak orang.

Baca juga: Dolar menguat didorong optimisme kenaikan suku bunga AS


Pada Selasa (11/1/2022), dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik 0,6 persen, dibantu oleh data yang menunjukkan penjualan ritel melampaui perkiraan untuk bulan kedua berturut-turut pada November.

Sterling menguat 0,36 persen, menyentuh level tertingginya terhadap dolar dalam hampir 10 minggu, dibantu oleh ekspektasi bahwa bank sentral Inggris akan menaikkan suku bunga lebih lanjut.

Di tempat lain, bitcoin terangkat 2,4 peren menjadi 42.839,43 dolar AS, setelah turun di bawah 40.000 dolar AS pada Senin (10/1/2022) untuk pertama kalinya sejak September.


Baca juga: Dolar menguat di perdagangan Asia jelang data inflasi AS
Baca juga: Dolar jatuh terbesar dalam enam minggu, data pekerjaan AS mengecewakan
Baca juga: Dolar AS menguat setelah risalah Fed tampak lebih "hawkish"

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022