Penerimaan perawat asal Indonesia di Jepang merupakan barometer kualitas. Setelah Jepang, sangat memungkinkan bagi Indonesia mengirim tenaga perawat yang berkualitas ke berbagai negara lain, dengan standar yang lebih tinggi.
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia berpeluang besar meningkatkan pengiriman tenaga perawat ke Jepang seiring dengan penerapan Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jepang (IJ-EPA) tahun lalu.

"Dalam kerangka IJ-EPA, kesempatan bekerja untuk tenaga perawat asal Indonesia di Jepang, sangat bagus. Terbukti saat ini sudah ada 686 perawat Indonesia bekerja di Jepang, yang membuktikan tenaga perawat kita bisa memenuhi standar di sana," kata Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ) Rachmat Gobel, di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan sejak 2008 sampai tahun lalu jumlah perawat Indonesia yang bekerja pada rumah sakit dan panti jompo Jepang baru mencapai 686 orang. Jumlah tersebut, kata dia, bisa ditingkatkan lebih besar, bila pemerintah mendorong peningkatan standar pendidikan di bidang keperawatan di dalam negeri.

"Penerimaan perawat asal Indonesia di Jepang merupakan barometer kualitas. Setelah Jepang, sangat memungkinkan bagi Indonesia mengirim tenaga perawat yang berkualitas ke berbagai negara lain, dengan standar yang lebih tinggi," ujar Rachmat yang juga salah satu Ketua Dewan Pengurus Harian (DPH) Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).

Diakui oleh Rachmat, pengiriman perawat ke Jepang tersebut sempat mengalami permasalahan, terutama dalam hal kualifikasi perawat. Untuk dapat lulus kualifikasi bekerja di Jepang, para perawat harus menjalani ujian nasional keperawatan Jepang oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.

"Ujian yang dinilai cukup berat antara lain karena seluruh materi ujian menggunakan huruf kanji. Alhasil hanya beberapa perawat yang bisa lolos," ujar Rachmat mantan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Riset dan Teknologi itu.

Persatuan Alumni dari Jepang (PERSADA) dan PPIJ melalui Asosiasi Persahabatan Jepang-Indonesia atau Japan-Indonesia Friendship Association (JAPINDA) yang diketuai oleh Yasuo Fukuda, kata dia, secara berkesinambungan terus melobi pemerintah Jepang agar ada kemudahan dalam sistem penerimaan perawat.

Selain itu, lanjut Rachmat yang juga menjadi Ketua Umum PERSADA, mereka juga meminta dukungan Jepang untuk terus berupaya meningkatkan standar pendidikan keperawatan di Indonesia agar dapat memenuhi standar Jepang yang tinggi.

"Dengan peningkatan kualitas perawat berstandar Jepang tersebut, akan berdampak positif bagi perbaikan citra TKI dan sangat memungkinkan bagi Indonesia untuk mengirim tenaga perawat berkualitas ke berbagai negara lain yang juga berstandar tinggi," ujar penerima penghargaan produktivitas dari Asian Productivity Organization pada April lalu itu.

Akhir pekan lalu (18/6), ia sebagai Ketua Umum PERSADA menyerahkan bantuan senilai 20 juta yen kepada sejumlah rumah sakit dan panti jompo di daerah yang terkena bencana gempa dan tsunami di Jepang melalui Direktur Eksekutif Japan International Corporation of Welfare Services (JICWS) Tsunoda Takashi, yang mewakili delapan rumah sakit dan 12 rumah jompo.

Penyerahan bantuan tersebut disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Hj Ani Bambang Yudhoyono, yang pada kesempatan itu juga melakukan dialog dengan perawat Indonesia yang bekerja di Jepang, dan turut membantu para korban tsunami. Dialog dilakukan di Kessenuma yang merupakan salah satu wilayah paling parah terkena dampakt gempa dan Tsunami. Sebanyak 1.196 orang dinyatakan hilang dan 837 orang tewas.

Menlu Jepang Takeaki Matsumoto mengucapkan terima kasih atas dukungan dan sumbangan masyarakat Indonesia kepada korban bencana di negeri itu.

"Saya juga ikut senang melihat perawat (Indonesia) datang ke Jepang. Kalian adalah jembatan antara Indonesia-Jepang yang mempererat hubungan kedua negara," ujarnya.

Rachmat mengatakan bantuan tersebut merupakan ungkapan rasa simpati dan prihatin masyarakat Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di Jepang kepada masyarakat Jepang yang terkena bencana, karena merasa sebagai bagian dari keluarga mereka.

Turut hadir dalam acara itu, antara lain Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menlu Marty Natalegawa, Menperin MS Hidayat, Menseskab Dipo Alam, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga Ketua Dewan Pertimbangan PERSADA Ginanjar Kartasasmita, Kepala BKPM Gita Wirjawan, dan Dubes RI untuk Jepang M Luthfi.

(R016)

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011