Magelang (ANTARA News) - Tema "Tembang Kautaman" yang diusung komunitas seniman petani Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melalui Festival Lima Gunung (FLG) Ke-10 untuk menguatkan makna yang majemuk atas nilai kebaikan.

"`Kautaman` itu bentuk kebaikan, kebaikan bermakna majemuk. Kami ingin mendorong semua orang melihat segala sesuatu dari sisi kebaikan," kata salah seorang Ketua Panitia FLG Ke-10, Riyadi, di Magelang, Kamis.

Festival tahunan yang digelar secara mandiri oleh seniman petani Komunitas Lima Gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh) Kabupaten Magelang itu puncaknya pada 10 Juli 2011 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, di kawasan antara Gunung Merapi dengan Merbabu.

Berbagai komunitas seniman petani setempat yang bakal menyuguhkan pementasan kesenian baik tradisional, kontemporer, performa, maupun kolaborasi, katanya, mereka akan mengawali pementasan utama masing-masing melalui suguhan tembang garapan mereka.

"Tembang-tembang itu mengisyaratkan suatu tebaran berbagai nilai-nilai kebaikan baik untuk kehidupan pribadi maupun bermasyarakat," katanya.

Ia mengatakan, setiap komunitas menggali kekayaan nilai budayanya menjadi karya tembang, misalnya tentang keutamaan alam, semangat kekeluargaan desa dan gunung, nasihat lelulur yang masih dipegang teguh masyarakat desa hingga saat ini.

Selain itu, kata Riyadi, yang juga pemimpin Padepokan Warga Budaya Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, di Kawasan Gunung Merbabu, keutamaan menyangkut penghijauan, cinta terhadap satwa, dan tradisi masyarakat desa.

"Situasi kehidupan di sekitar anggota komunitas menginspirasi mereka membuat tembang yang mengeksplorasi nilai-nilai keutamaan hidup," katanya.

Ia mengatakan, kebaikan manusia bukan sekadar kepada sesamanya tetapi juga terhadap alam.

"Contohnya masyarakat lereng Merapi belum lama ini menghadapi masa erupsi. Kami merenungkan peristiwa itu sebagai kebutuhan manusia atas kebaikan alam, sehingga masyarakat Merapi bisa memandang positif atas erupsi Merapi, yang ternyata mendatangkan berkah kesuburan tanah, mewujudkan solidaritas dari lingkup yang lebih luas, letusan Merapi sebagai ilmu pengetahuan," katanya.

Ia mengemukakan, berbagai persoalan atas dinamika kehidupan saat ini dalam berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, politik, budaya, dan keagamaan membutuhkan penyelesaian melalui dasar-dasar keutamaan kehidupan.

"Supaya hidup yang harus terus dijalani ini selalu disikapi secara positif dan optimistis. Kalau hidup disikapi secara pesimistis, hanya melihat hal-hal buruk, kehidupan tidak akan menjadi lebih baik. Kalau sikap hidup selalu mengedepankan keutamaan, setiap orang akan mencoba mencari kebaikan itu untuk diri sendiri dan bersama, untuk alam, serta masa depan," katanya.(*)
(L.M029*H018/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011