Mogadishu (ANTARA News) - Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed hari Kamis mengangkat Abdiweli Mohamed Ali sebagai perdana menteri, menggantikan Mohamed Abdullahi Mohamed yang mengundurkan diri sesuai dengan sebuah perjanjian rekonsiliasi.

"Ia memiliki kepribadian dan pengetahuan yang membuatnya cocok menjadi perdana menteri," kata presiden ketika mengumumkan pengangkatan Ali.

"Saya sangat yakin ia akan bisa mengatasi tantangan kondisi keras yang sedang dihadapi negara kita," katanya.

Ali, seorang Amerika-Somalia, adalah mantan deputi perdana menteri dan menteri perencanaan.

Ketua parlemen Sharif Hassan Sheikh Aden, yang sebelumnya berbeda pendapat dengan presiden mengenai penunjukan perdana menteri, memuji PM baru itu.

"Presiden dan saya percaya pada perdana menteri baru itu dan saya juga menyetujui pencalonannya. Kami harus mengesampingkan perbedaan pendapat kami dan melaksanakan tugas-tugas sulit di depan," kata Aden.

Setelah pengangkatannya, Ali mengatakan, "Negara sedang mendapat tekanan hebat dan membutuhkan orang-orang yang siap bekerja."

"Saya akan membentuk pemerintah dalam beberapa hari ini untuk menghadapi tugas-tugas sulit di depan," tambahnya.

Kegiatan politik di Somalia dalam beberapa bulan ini lumpuh akibat perselisihan, khususnya antara presiden dan ketua parlemen.

Presiden Sharif Ahmed dan ketua parlemen Sharif Hassan pada 9 Juni menandatangani perjanjian di Kampala, ibu kota Uganda, mengenai perpanjangan masa jabatan mereka selama setahun lagi, sehingga pemilihan umum yang dijadwalkan berlangsung pada Agustus mundur.

Perjanjian itu, yang juga mengakhiri mandat PM, menetapkan bahwa pemilihan presiden dan ketua parlemen akan berlangsung sebelum 20 Agustus 2012.

Pemerintah transisi Somalia, yang dibentuk di Kenya pada 2004 dan bisa berjalan berkat komunitas internasional, melemah akibat perselisihan antara para pemimpinnya, yang memburuk ketika mandat mereka hampir berakhir.

Sebelum kesepakatan Kampala dicapai, Presiden Sharif Ahmed memperpanjang masa jabatannya, demikian juga parlemen, yang ketuanya, Sharif Hassan, berambisi menjadi presiden.

Pihak-pihak eksekutif dan legislatif tidak mengakui perpanjangan mandat masing-masing.

Ofensif militer di ibu kota Somalia, Mogadishu, dan wilayah selatan negara itu sebelumnya tahun ini telah membuat mundur gerilyawan Al-Shabaab, namun ada kekhawatiran bahwa mereka akan menyatukan diri lagi karena kurangnya kepemimpinan politik di Somalia.

Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika AMISOM yang berkekuatan 9.000 orang merupakan satu-satunya kekuatan yang mencegah kelompok gerilya Al-Shabaab menggulingkan pemerintah Somalia dukungan Barat yang mandatnya berakhir pada Agustus.

Juru bicara AMISOM Mayor Paddy Ankunda mengatakan, 3.000 prajurit tambahan akan segera ditempatkan di Somalia.

Mereka akan menghadapi militan yang bertekad membalas kematian pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, pada suatu masa ketika para pemimpin Somalia terpecah perhatiannya karena perselisihan politik.

Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu, AFP melaporkan.

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011