Tegucigalpa (ANTARA) - Ratusan warga Honduras dan Nikaragua pada Sabtu meninggalkan kota San Pedro Sula di Honduras untuk melakukan perjalanan bersama-sama menuju Amerika Serikat.

Mereka merupakan kelompok pertama yang bermigrasi di Amerika Tengah pada tahun ini.

Rombongan itu berangkat beberapa hari sebelum Presiden terpilih Xiomara Castro yang berhaluan kiri menjabat di Honduras pada 27 Januari.

Castro telah berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi dan memerangi korupsi yang memicu gelombang migrasi massal ke AS.

Para migran itu --kebanyakan anak muda yang membawa ransel di bahu mereka dan wanita dengan anak-anak-- meninggalkan terminal bus di kota utara San Pedro Sula menuju pos perbatasan Corinto dalam upaya untuk memasuki Guatemala. Beberapa migran mendorong anak-anak dalam kereta bayi.

Baca juga: 53 orang tewas dalam kecelakaan truk migran di Meksiko

"Tidak ada pekerjaan," kata warga Honduras Pablo Mendez sambil menggendong putrinya yang berusia 2 tahun. "Itulah sebabnya orang-orang pergi dalam rombongan ini."

Rekaman video Reuters menunjukkan ratusan orang berjalan melintasi San Pedro Sula dan banyak di antara mereka melintasi jalan raya yang sibuk dengan berjalan kaki.

Kelompok lain yang lebih kecil meninggalkan San Pedro Sula menuju perbatasan Guatemala pagi-pagi sekali.

Hingga pukul 14.00 waktu setempat (Minggu, 03.00 WIB), sekitar 100 orang telah menyeberang ke Guatemala melalui lintas perbatasan tidak resmi, kata badan migrasi Guatemala.

Banyak dari mereka telah menuju ke perbatasan Corinto di Honduras. Polisi dan militer Guatemala menunggu mereka di sisi lain, kata badan tersebut.

Baca juga: Puluhan ribu migran tidur di bawah jembatan Texas

Sebelumnya, polisi Honduras telah mendirikan penghalang jalan untuk mencegah rombongan migran mencapai lintas perbatasan. Pasukan keamanan Guatemala juga bentrok dengan kelompok migran ketika mereka mencoba memaksa masuk tanpa dokumen.

Rombongan pertama tahun ini datang di tengah kesulitan ekonomi dan kemiskinan yang melanda 62 persen populasi Honduras. Kondisi itu diperburuk oleh pandemi virus corona dan dua hantaman badai berturut-turut pada 2020 yang melumpuhkan perekonomian.

Di Nikaragua, tindakan keras oleh pemerintah Presiden Daniel Ortega sebelum dan sesudah pemilihan presiden 7 November telah menyebabkan lonjakan migrasi.

Euclides Mendes, seorang migran Nikaragua, mengatakan banyaknya orang dalam rombongan memberinya harapan bahwa perjalanan berbahaya itu akan aman.

"Memang benar bahwa kami akan banyak berjalan, tetapi kami terus berjalan, dan yang penting adalah mencapai garis finis," tambah Mendes.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kanada siap terima mingran Amerika Tengah untuk bantu AS
Baca juga: Otoritas Meksiko temukan ratusan migran asal 12 negara di dalam truk

Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022