Sydney (ANTARA) - Australia dan Selandia Baru pada Senin mengirimkan pesawat pemantau untuk menilai kerusakan akibat tsunami di Tonga.

Pesawat-pesawat tersebut akan menilai situasi di pulau-pulau terluar Tonga, yang jalur komunikasinya mati total.

Sebuah gunung berapi bawah laut di perairan Tonga meletus pada Sabtu (15/1) hingga memicu tsunami dan menyebabkan negara kepulauan di Pasifik itu diselimuti abu vulkanik.

Menteri Australia urusan Pasifik Zed Seselja mengatakan tak ada korban massal akibat erupsi dan tsunami, namun kepolisian Australia yang telah mendatangi pantai-pantai melaporkan adanya kerusakan dan "rumah-rumah terlempar".

"Kami mengetahui ada beberapa kerusakan yang signifikan, dan mengetahui ada kerusakan di resor-resor," kata dia dalam wawancara dengan stasiun radio Australia.

Seselja menambahkan bahwa bandara Tonga tampaknya dalam kondisi relatif baik.

Baca juga: Gunung di Tonga meletus, Pasifik Selatan keluarkan peringatan tsunami

Wakil kepala misi Tonga di Australia Curtis Tu'ihalangingie meminta publik bersabar sementara pemerintah Tonga memutuskan untuk memprioritaskan bantuan.

Tonga mengkhawatirkan risiko penyebaran COVID-19 lewat pengiriman bantuan ke pulau yang bebas virus corona itu.

"Kami tidak ingin membawa gelombang lain, sebuah tsunami COVID-19," kata dia kepada Reuters lewat telepon.

Dia menambahkan para diplomat Tonga juga khawatir dengan upaya pengumpulan dana swasta. Dia mendesak publik untuk menunggu sampai dana bantuan bencana diumumkan.

Bantuan apa pun yang dikirim ke Tonga akan melalui proses karantina, dan kemungkinan tak seorang pun personel asing yang diizinkan untuk keluar dari pesawat, kata dia.

Erupsi gunung berapi Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai menyebabkan tsunami di pesisir Tonga dan memutus jalur telepon serta internet di seluruh pulau itu.

Komunikasi internasional telah terdampak parah karena kerusakan kabel bawah laut, yang pemulihannya bisa memakan waktu lebih dari seminggu.

Australia dan Selandia Baru membantu dengan fasilitas komunikasi dengan satelit, kata dia.

Jaringan telepon domestik di Tonga telah dipulihkan namun abu vulkanik membawa ancaman besar bagi kesehatan dan mencemarkan air minum.

"Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa abu tersebut meracuni dan buruk bagi mereka jika menghirupnya dan mereka harus memakai masker," kata Tu'ihalangingie.

Baca juga: Komunikasi putus, belum ada laporan dampak tsunami di Tonga


'Hancur total'

Resor pantai Ha'atafu di semenanjung Hihifo, 21 km arah barat dari ibu kota Tonga, Nuku'alofa, hancur total tersapu gelombang, kata pemiliknya di Facebook.

Keluarga pengelola resor itu telah menyelamatkan diri dari tsunami dengan berlari melintasi semak-semak.

"Seluruh pantai barat hancur total bersama kampung Kanukupolu," kata resor tersebut.

Angela Glover, seorang warga Inggris, dilaporkan hilang setelah tersapu ombak ketika dia dan suaminya, James, pemilik Happy Sailor Tattoo di Nuku'alofa, pergi mencari anjing-anjing mereka.

Sang suami berhasil berpegangan pada sebatang pohon, namun istrinya –pengelola rumah penampungan anjing–  beserta anjing-anjing mereka terseret ombak, stasiun TV resmi Selandia Baru TVNZ melaporkan.

Palang Merah mengatakan pihaknya sedang memobilisasi jaringan untuk merespons apa yang disebut "erupsi vulkanik terburuk" di Pasifik dalam beberapa dekade.

Katie Greenwood, kepala delegasi Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan kepada Reuters bahwa sekitar 80.000 orang telah terdampak oleh tsunami itu.

Baca juga: Australia: Tak ada korban massal di Tonga akibat tsunami

Hunga-Tonga-Hunga-Ha'apai secara berkala mengalami erupsi dalam beberapa dekade terakhir. Namun, dampak erupsi pada Sabtu dirasakan hingga ke Fiji, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Jepang.

Dua orang tenggelam di sebuah pantai di Peru utara akibat gelombang tinggi yang dipicu tsunami tersebut.

Lebih dari sehari setelah erupsi, negara-negara yang jaraknya ribuan kilometer ke arah barat melaporkan adanya awan abu di atas mereka, kata situs peramal cuaca WeatherWatch.

Data awal menunjukkan erupsi tersebut adalah yang terbesar sejak letusan Gunung Pinatubo di Filipina 30 tahun lalu, kata pakar vulkanologi di Selandia Baru Shane Cronin kepada Radio New Zealand.

"Ini adalah erupsi yang bisa dilihat dari ruang angkasa," kata dia.


Sumber: Reuters

Baca juga: Kian memprihatinkan, tsunami akibat erupsi gunung api bawah laut Tonga

 

BPBA: Banyak sekolah di Aceh belum siap hadapi gempa & tsunami

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022