Palembang (ANTARA) - Pemerintah diminta untuk segera mengukuhkan Mr Sjafruddin Prawiranegara menjadi pahlawan nasional.

Desakan pengukuhan gelar pahlawan nasional kepada salah satu tokoh nasional itu, mengemuka dalam Seminar Satu Abad Mr Sjafruddin Prawiranegara, di Palembang, Minggu (26/6).

Dalam seminar itu, terungkap jejak kepahlawanan Mr Sjafruddin, kendati masih diwarnai tafsir sejarah yang berbeda antara jiwa sebagai pejuang dan pahlawan dengan posisi sebagai "pemberontak" bangsa melalui kiprahnya saat itu.

"Pengukuhan Sjafruddin sebagai pahlawan nasional sudah seharusnya segera direalisasikan, mengingat beliau sebagai bagian dari pejuang dan pendiri negara," kata Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Amzulian Rivai, salah satu narasumber pada seminar itu.

Menurut dia, desakan mengukuhkan Sjafruddin Prawiranegara sebagai pahlawan nasional itu dinilai sangat realistis, mengingat peranannya saat berjuang membela negara dan menjadi pemimpin negeri ini ketika Bung Karno dan Bung Hatta dibuang Belanda ke Bangka.

Ia menilai, sosok Mr Sjafruddin Prawiranegara juga merupakan pejabat yang jujur dan loyal terhadap rakyat.

Buktinya, meskipun sudah menjadi pemimpin Bank Indonesia dan Menteri Keuangan, Sjafruddin masih menanamkan nilai-nilai luhur bangsa melalui budaya antikorupsi dan kejujuran, kata dia pula.

Dia menjelaskan, banyak hal yang menjadi teladan dari sikap Sjafruddin yang saat ini mulai jarang ditemui di kalangan pejabat umumnya.

Karena itu, sudah sepatutnya pemerintah menyegerakan untuk memberikan pengukuhan kepada beliau menjadi pahlawan nasional, ujar dia lagi.

Hal senada juga diungkapkan, Sjafruddin, salah seorang peserta seminar yang kebetulan sempat mengenal sosok Mr Sjafruddin Prawiranegara di kala masih hidup yang menjadi bahan penelitian skripsinya.

Sjafruddin yang namanya kebetulan sama, mengatakan, sosok kepemimpinan dan perjuangan tokoh nasional itu dinilai sangat luar biasa, tetapi selama ini fakta sejarah tersebut cenderung diingkari.

Bukan hanya pencipta mata uang pertama "Oeang Republik Indonesia" (ORI), tapi beliau juga sempat memimpin bangsa ini, kata dia.

Namun, sampai kini sejak pemerintah Orde Lama dan diperparah ketika Orde Baru, sosok Sjafruddin itu dianggap pemberontak negara.

Padahal sebagai negarawan, Pak Sjafruddin almarhum benar-benar berada di garis terdepan memperjuangkan negara dan bangsa bukan sekelompok orang saja, seperti pahlawan-pahlawan yang berasal dari raja-raja dan bangsawan daerah, ujar dia lagi.

Dalam seminar ini, diungkapkan pula tindakan Mr Sjafruddin dengan pembentukan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), justru dinilai sebagai upaya untuk menekan dan mengingatkan pemerintah pusat agar dapat memperhatikan pemerintah daerah secara lebih baik.

Seminar yang dihadiri sekitar 200 peserta tersebut, juga menampilkan Ketua DPR RI, Marzuki Alie sebagai pembicara utama, dan pada diskusi panel dengan menghadirkan narasumber Prof Salim Said, Prof Amzulian Rivai, dan Prof Margarito Kamis.

Hadir juga sejumlah anak dan menantu Mr Sjafruddin Prawiranegara yang diundang langsung oleh ketua panitia seminar, AM Fatwa. (ANT-037/B014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011