Jika pelarangan ekspor beberapa komoditas tidak terlalu mengganggu, surplus neraca dagang 2022 akan lebih besar
Jakarta (ANTARA) - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) memproyeksikan surplus neraca perdagangan 2022 akan lebih besar dari tahun 2021 yang senilai 35,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

"Jika pelarangan ekspor beberapa komoditas tidak terlalu mengganggu, surplus neraca dagang 2022 akan lebih besar," ucap Ekonom CSIS Fajar Hirawan kepada Antara di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, surplus neraca dagang masih akan terjaga meski kebijakan ekspor beberapa komoditas mungkin saja menurunkan nilai perdagangan ekspor Indonesia.

Tren kenaikan harga komoditas dunia sejak triwulan III-2021 telah mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang disokong oleh pertumbuhan ekspor.

Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan ketiga 2021 kala itu berasal dari ekspor yang tumbuh hampir 30 persen, sehingga menyebabkan perekonomian berhasil tumbuh sekitar tiga persen jika dibandingkan triwulan sebelumnya di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.

"Tren kenaikan harga komoditas masih akan berlanjut minimal hingga triwulan III-2022," kata Fajar.

Sebagai negara pengekspor barang komoditas, seperti minyak sawit mentah (CPO), batu bara, dan barang ekstraktif lainnya yang saat ini harganya mengalami tren peningkatan, ia menilai nilai pertumbuhan ekspor domestik secara otomatis akan terus terdorong, meskipun dari sisi volume tidak banyak mengalami perubahan.

Dengan demikian, ekspor pada tahun 2022 masih akan didorong oleh sektor pertambangan dan pertanian (sub sektor perkebunan).

"CPO masih akan menjadi andalan ekspor Indonesia," tutupnya.

Baca juga: Kemenkeu: Neraca perdagangan surplus bukti pemulihan solid
Baca juga: BPS: Surplus neraca perdagangan 2021 tertinggi dalam 5 tahun terakhir
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan RI 2021 tembus 35,34 miliar dolar AS

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022