Jambi (ANTARA News) - "Dadeh", kuliner khas Kerinci yang terbuat dari susu kerbau segar dan dikemas sederhana dalam tabung bambu dinilai kalangan wisatawan layak diproduksi secara modern dalam kemasan permanen layaknya yogurt.

"Para wisatawan yang kita pandu umumnya mengaku sangat tertarik dengan kuliner Dadeh Kerinci, tapi sayangnya mereka tidak bisa membawa pulang sebagai oleh-oleh karena tidak tahan lama atau rentan mengalami penjamuran," kata Ketuga Himpunan Pramuswisata Indonesia (HPI) Jambi Guntur di Jambi, Selasa.

Bagi para wisatawan mancanegara yang harus melalui perubahan cuaca ekstrim sekembalinya mereka ke negerinya yang sangat berbeda cuaca dan iklim dengan Indonesia, Dadeh sangat gampang rusak, berjamur atau basi.

Oleh kaena itu, sebaiknya masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kerinci maupun Kota Sungaipenuh mengelola produksi Dadeh tersebut secara modern hingga menjadi makanan kemasan permanen yang bisa awet dan tahan lama layaknya sarden atau yogurt.

"Saya pikir kalau Kota Sungaipenuh mau, Dadeh bisa dikembangkan terus dan akhirnya menjadi identitas budaya bagi kota yang baru berumur tiga tahun tersebut setelah dimekarkan dari Kabupaten Kerinci pada 2008," katanya.

Saat ini, keberadaan Dadeh di Kerinci khususnya di Pasar Induk Tanjung Bajure Sungaipenuh sudah langka, karena tidak banyak lagi yang mengupayakan produksi kuliner tersebut.

Sementara itu, Rati (29) salah seorang warga yang masih membuat dan menjual Dadeh, saat ini sudah jarang ada warga yang mau membuat Dadeh, karena rumit proses pembuatannya.

Dadeh adalah sejenis permentasi tradisional terhadap susu segar murni dari ternak khas sepert kerbau, sapi, kambing dan domba. Susu yang diperas dari ternak betina yang baru melahirkan khususnya ternak kerbau. Susu tersebut dimasukkan ke tabung bambu sepanjang 20 Cm hingga 30 Cm.

Selanjutnya susu yang sudah tertampung dalam tabung bambu tersebut dibiarkan hingga mengental atau sedikit mengeras layaknya keju, namun tidak sampai membusuk.

Aroma khas Dadeh dan rasanya antara manis dan asin yang asli menjadi daya tarik tersendiri bagi lidah, yang oleh masyrakat setempat sering mengkonsumsi Dadeh sebagai campuran sambal atau sebagai adonan kue, karena berkhasiat mencegah penyakit panas dalam atau sariawan.

"Dadeh ini dijual kepada konsumen dengan harga antara Rp5.000 hingga Rp10.000, meskipun murah karena termasuk kuliner langka maka para wisatawan peminat jadi kesulitan mendapatkan Dadeh di Pasar Tanjung Bajure," kata Rati.
(PSO-144/E003/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011