Yogyakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama mendorong peningkatan 3T (testing, tracing, treatment) di daerah tujuan wisata untuk mencegah lonjakan kasus infeksi COVID-19, termasuk varian omicron.

"Daerah dengan mobilitas tinggi, seperti daerah tujuan wisata, mempunyai potensi terjadi peningkatan kasus akibat peningkatan mobilitas, seperti saat libur Natal dan tahun baru beberapa waktu lalu," kata Bayu di Yogyakarta, Selasa.

Selain daerah tujuan wisata, menurut dia, peningkatan 3T juga perlu dilakukan di kota-kota lain, dengan mobilitas antardaerah yang tinggi.

Bayu Satria mengaku sependapat dengan prediksi pemerintah bahwa puncak kasus infeksi Covid-19 varian omicron akan terjadi pada pertengahan Februari atau awal Maret 2022.

Meski demikian, menurut dia, prediksi lonjakan tersebut jangan diartikan akan setinggi gelombang kedua saat varian delta menyerang, karena dugaannya mungkin tidak akan mencapai setinggi gelombang kedua.

“Tetapi kemungkinan mendekati gelombang pertama, itu pun dengan hospitalisasi yang lebih rendah karena omicron cepat menular, namun tingkat keparahannya di bawah varian delta," kata dia.

Terkait percepatan vaksinasi dosis ketiga atau penguat untuk mengatasi varian omicron, Bayu mengaku belum bisa melihat efeknya karena baru saja dimulai dan masih belum tinggi cakupannya, sehingga ada kemungkinan belum terlihat efek dari dosis tiga itu dalam satu sampai dua bulan ini.

Menurut dia, yang paling penting saat ini bukan soal vaksin penguat, tetapi bagaimana memperluas cakupan yang belum mendapatkan dosis lengkap, terutama untuk kelompok rentan dan anak-anak.

Mengenai risiko pelaksanaan PTM di tengah potensi lonjakan kasus, ujar Bayu, hal tersebut tergantung dari sejauh mana kemampuan dinas pendidikan dan dinas kesehatan merespons peningkatan kasus COVID-19 dan kasus yang terjadi di sekolah.

"Sampai saat ini belum terlihat langkah pemerintah terkait menentukan masalah PTM ini jika ada kasus positif COVID-19 muncul di sana, apakah disebabkan di sekolah atau karena murid? Protokol Kesehatan yang kurang ketat atau masalah lainnya," katanya.

Bayu menyebut jika lonjakan benar terjadi pada Februari-Maret, maka pembatasan melalui peningkatan level PPKM mungkin akan terjadi, meskipun tidak sampai level tertinggi.

Selain menggencarkan 3T, ia berharap masyarakat menjaga 5M, utamanya dengan kembali menegakkan pemakaian masker secara disiplin.

Sementara terkait pelarangan untuk mereka yang melakukan perjalanan dari luar negeri, ia menilai tidak perlu selama proses karantina bisa diperbaiki, sehingga tidak terjadi kebocoran penularan saat karantina.

"Karena semua orang yang bepergian atau datang dari luar negeri sudah divaksinasi dosis lengkap, sehingga relatif lebih aman, tinggal proses karantinanya yang lebih ketat. Yang penting lainnya adalah menyampaikan pemahaman kepada masyarakat yang akan ke luar negeri bahwa kondisi di luar negeri saat ini lebih berbahaya dibandingkan Indonesia, sehingga mereka harus lebih berhati-hati," tuturnya.

Lebih lanjut Bayu menjelaskan varian omicron lebih cepat menular, tetapi tidak terlalu berbahaya dibanding varian delta.

Namun demikian, kata dia, hal itu harus tetap menjadi perhatian bagi masyarakat yang belum divaksinasi karena memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapatkan perawatan di RS dibandingkan yang sudah disuntik  vaksin.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022