Kotabaru (ANTARA News) - Sebanyak 53 bayi meninggal dunia di Kotabaru, Kalimantan Selatan, selama 2010 dengan berbagai sebab kematian.

Jumlah kematian bayi tersebut diungkapkan Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kotabaru, Suhartati MPH, pada hari ulang tahun Ikatan Bidan Indonesia ke-60 di Kotabaru, Rabu.

"Sebagian besar kematian bayi tersebut karena pada saat lahir berat badan bayi rendah (di bawah standar), dan asfiksia (kekurangan oksigen pada saat proses persalinan)," jelasnya.

Menurut standar, bayi lahir memiliki berat badan lebih dari 2.500 gram, dan harus mendapatkan suplai oksigen cukup selama proses kelahiran.

Diungkapkan, dari sekitar 5.096 jumlah kelahiran hidup selama 2010, sebanyak 53 orang bayi meninggal dunia.

Sedangkan ibu meninggal dunia selama 2010 sebanyak 10 orang dari sekitar 5.096 angka melahirkan.

Sementara itu, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 jumlah kematian ibu dalam proses melahirkan, secara nasional sebanyak 228 orang dari sekitar 100.000 kelahiran hidup.

Sedangkan jumlah kematian bayi berdasarkan SDKI 2007 mencapai kisaran 34 orang setiap 1.000 kelahiran hidup.

"Ditargetkan pada 2015 nanti, jumlah kematian ibu dan bayi turun hingga menjadi dua per tiga dari jumlah saat ini," ujarnya.

Jika 2010 jumlah kematian bayi di Kotabaru mencapai 53 orang, maka 2015 nanti ditargetkan turun hingga tersisa sekitar 35 bayi, dan apabila 2010 jumlah kematian ibu mencapai 10 orang maka diharapkan pada 2015 turun hingga menjadi kisaran 7 orang.

Suhartati optimistis, dengan beberapa program yang kini sedang dilaksanakan dapat mencapai target menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi hingga menjadi dua per tiga," imbuhnya.

Diantara upaya yang dilakukan IBI saat ini, menjalin kemitraan antara dukun bayi dengan bidan di desa.

Program ini, bidan akan memberikan dana kepada dukun bayi, agar dukun tidak kehilangan penghasilan apabila terjadi proses pertolongan yang dilakukan bidan.

"Agar para dukun melibatkan bidan pada saat akan melakukan pertolongan melahirkan," terang suhartati, seraya mengatakan hingga saat ini di Kotabaru terdapaat sekitar 2,000 orang dukun bayi, sementara jumlah bidan hanya sekitar 205 orang.

Selanjutnya, melakukan kunjungan dokter spesialis ke daerah-daerah pinggiran, dimana masyarakat sangat sulit untuk dapat mengakses dokter spesialis.

Penyeliaan bidan Puskesdes, dari situ akan dilihat sarana dan fasilitas bidan di desa, apakaah sudah memenuhi standar pelayanan atau tidak, ujarnya.

Serta program peningkatan mutu dan standarisasi Puskesmas serta peningkatan pelayanan.

Sementara itu, dr Ida Bagus N Suardiana M,SpOG mengatakan, terdapat empat macam kegawatdaruratan obstetri.

Pertama, kedaruratan obstetri pada awal kehamilan atau kurang dari 28 minggu, yaitu abortus dan KET Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).

Kedua, kehamilan lebih dari 28 minggu, yaitu pada partus prematur iminens, pre eklamsi berat dan eklamsi (kejang), Antepartum bleeding (APB), Ketuban Pecah Dini (KPD).

Ketiga kedaruratan obstetri pada persalinan, yaitu gawat janin, ruptur uteri, partus lama/kasep.

Keempat kedaruratan masa puerperalis yaitu perdarahan pasca persalinan seperti retentio plasenta.

Diharapkan seluruh bidan yang ada di Kotabaru mengenal secara dini kegawatdaruratan obstetri tersebut, agar dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan-kelainan dalam persalinan.

"Semua bidan saat melakukan pertolongan dalam melahirkan harus membuat partograf untuk memantau kemajuan persalinan," harapnya.  (ANT/K004)


Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011