Jakarta (ANTARA) -
Pihak Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Jakarta batal menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen pada Rabu karena hasil tes "Polymerase Chain Reaction" (PCR) para peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah tersebut belum keluar.
 
Wakil Kepala Sekolah SMAN 6 Jakarta Bidang Hubungan Masyarakat, Unro saat ditemui di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mengatakan, tes tersebut merupakan tindak lanjut dari temuan kasus COVID-19 dari salah satu siswanya pada Kamis (13/1).
 
"PTM belum (hari ini) karena masih menunggu hasil tes PCR terkait COVID-19 yang dilakukan terhadap siswa, guru serta karyawan," kata Unro.
 
Dia menjelaskan, tes usap PCR sebelumnya dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru terhadap 82 orang yang terdiri atas 35 orang siswa kelas XI, 41 pendidik dan 6 tenaga kependidikan.
 
"35 siswa itu berasal dari kelas yang terdapat satu orang siswa positif COVID-19," kata Unro.
 
Kendati PTM telah ditiadakan sejak Jumat (14/1), pihaknya tidak mau mengambil risiko dengan memulai PTM karena belum keluarnya hasil tes PCR tersebut.
 
"Sehingga daripada terkatung-katung tidak ada kepastian, kami putuskan hari ini untuk pembelajaran jarak jauh," ujarnya.

Baca juga: Total 39 sekolah ditutup sementara karena ada siswa kena COVID-19
Baca juga: PTM di SMAN 4 Gambir tetap berlanjut meski ada siswa positif COVID-19
 
Dia menambahkan, apabila hasil tes PCR menunjukkan seluruh siswa dan guru tersebut negatif, maka PTM 100 persen di SMAN 6, dapat dimulai kembali pada Kamis (20/1).
 
SMAN 6 ditutup sementara selama lima hari sejak Jumat (14/1) setelah satu siswa kelas XI MIPA 5 terkonfirmasi COVID-19 dari klaster keluarga.
 
"Satu anak dari klaster keluarga, jadi (awalnya) pihak orang tua pada Senin, (10/1) minta izin anaknya tidak masuk karena mau tes PCR. Hari Kamis, (13/1) terkonfirmasi COVID-19," kata Kepala Sekolah SMAN 6 Wanito Handoyo di Jumat, (14/1).
 
Wanito memastikan siswa tersebut tidak terkonfirmasi varian Omicron. "Walaupun itu dari luar, maka kami tetap melaksanakan meliburkan anak selama lima hari untuk memastikan tidak terjadi klaster di sekolah," ungkap Wanito.

Pewarta: Sihol Mulatua Hasugian
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022