terancam oleh konversi fungsi lahan
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan dua penyebab utama yang mengancam kelestarian anggrek kantung atau anggrek selop dari genus Paphiopedilum adalah pengambilan di alam secara berlebihan (overcollection) dan juga penurunan kualitas habitat alaminya.

"Habitat alami beberapa spesies anggrek Paphiopedilum semakin menyempit dan terancam oleh konversi fungsi lahan, terutama untuk perkebunan," kata ketua tim peneliti Anggrek Paphiopedilum Kebun Raya Purwodadi BRIN Destario Metusala dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.

Destario menuturkan ancaman kelestarian juga semakin meningkat pada spesies-spesies tertentu karena adanya aktivitas pengambilan di alam secara berlebihan.

Oleh karena itu, Destario menuturkan jika tidak ada strategi konservasi yang tepat maka diduga populasi alami dari banyak spesies Paphiopedilum akan terus mengalami penurunan.

Baca juga: Kasus Anggrek Kantung ilegal dibawa ke CITES
Baca juga: Anggrek Kantung dibawa ke Prancis secara ilegal

Keterancaman anggrek kantung tersebut dimuat dalam hasil penelitian berjudul Baseline Study on Paphiopedilum (Orchidaceae) Conservation Strategies in Indonesia yang dilakukan Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya pada 2021.

Perlu diketahui, seluruh spesies anggrek Paphiopedilum yang berasal dari alam telah masuk dalam daftar kategori CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) appendix 1.

Anggrek tersebut tidak diperkenankan keluar dari negara asalnya kecuali hanya untuk keperluan non-komersial maupun penelitian, yang harus disertai dengan perizinan resmi dan pengawasan yang sangat ketat dari pemerintah.

Baca juga: Menyelamatkan kepunahan anggrek Meratus akibat alih fungsi lahan
Baca juga: PAI Lumajang daftarkan 12 anggrek hybrid ke lembaga internasional

Selain itu, anggrek Paphiopedilum merupakan genus anggrek terbanyak dengan total 15 spesies yang masuk ke dalam daftar anggrek dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 106 Tahun 2018.

Destario mengatakan Indonesia memiliki sekitar 38 spesies Paphiopedilum yang tersebar dari Sumatera hingga Papua.

Tingginya keragaman anggrek Paphiopedilum dan juga status keterancamannya telah membuat para peneliti dan penggerak konservasi anggrek dari berbagai negara memberikan perhatian khusus bagi upaya pelestarian anggrek Paphiopedilum di Indonesia.

Baca juga: Taman Anggrek Meratus miliki koleksi ratusan spesies anggrek alam

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022