pariwisata Indonesia untuk bisa bertahan sudah waktunya menerapkan kebijakan yang berdampingan dengan COVID-19, memberikan kenyamanan bagi wisatawan untuk berwisata dengan kelonggaran yang bertanggung jawab
Jakarta (ANTARA) - Pengamat pariwisata Taufan Rahmadi meminta pemerintah Indonesia dapat fokus dalam tiga hal utama untuk menerapkan kebijakan pariwisata.

Pertama, fokus mobilitas pariwisata di era kenormalan baru (new normal) diharapkan tak lagi menutup tempat wisata, tetapi membatasi kunjungan wisatawan pada level yang disepakati.

“(Selain itu), tidak ada lagi kebijakan karantina. Wisman (wisatawan mancanegara) yang datang ke Indonesia cukup dengan vaksin lengkap dan telah melakukan tes PCR,” katanya dalam keterangan tertulis, Jakarta, Kamis.

Pada fokus kedua tingkat vaksinasi, ia mengharapkan program vaksinasi di destinasi-destinasi pariwisata tetap menjadi prioritas untuk selalu dipercepat hingga mencapai taraf herd immunity (kekebalan kelompok).

Adapun fokus terakhir ialah kepercayaan wisatawan agar mau berkunjung ke Indonesia yang disebut terdiri dari empat faktor. Pertama, langkah kesehatan dan keamanan yang dilakukan pemerintah untuk berdampingan dengan COVID-19. Kedua, transparansi harga bagi paket-paket perjalanan yang ditawarkan oleh agen-agen perjalanan.

Ketiga, lanjutnya, kredibilitas informasi terkait berbagai ulasan para pengunjung tentang destinasi wisata yang dikunjungi.

Terakhir, berkaitan dengan integritas, yakni menjaga kualitas pelayanan kepada wisatawan baik dilakukan oleh pejabat publik, pemegang otoritas, pelaku industri pariwisata, maupun masyarakat.

“Akhirnya ada dua kesimpulan, pertama (ialah) pariwisata Indonesia untuk bisa bertahan sudah waktunya menerapkan kebijakan yang berdampingan dengan COVID-19, memberikan kenyamanan bagi wisatawan untuk berwisata dengan kelonggaran yang bertanggung jawab,” ungkap Taufan.

Kesimpulan kedua, yaitu pemerintah bisa mendorong sebuah gerakan kesadaran global agar pandemi COVID-19 menurun statusnya menjadi endemi.

“UNWTO (Organisasi Pariwisata Dunia) boleh saja mengatakan tahun 2024 adalah tahun paling cepat untuk pariwisata global bisa pulih kembali. Indonesia juga bisa mengatakan tahun 2024 adalah tahun di mana pariwisata Indonesia tidak sekedar bisa bertahan, tapi sudah bisa bangkit kembali," ucap dia.

Lebih lanjut, dikatakan bahwa UNWTO memperkirakan angka kunjungan wisatawan di seluruh dunia tak akan kembali seperti kondisi pra-pandemi karena kemunculan varian omicron. Meskipun ringan, ucap dia, tetapi akan mengganggu pemulihan pariwisata global pada awal tahun 2022.

Kata Taufan, analisa UNWTO dikemukakan berdasarkan laju pemulihan pariwisata yang melambat dan tak merata di seluruh wilayah dunia disebabkan adanya tingkat pembatasan mobilitas, perbedaan tingkat vaksinasi, dan kepercayaan wisatawan.

“Apa yang menjadi statement (pernyataan) UNWTO ini harus dijawab dan ditanggapi secara serius oleh pemerintah Indonesia dengan melakukan langkah-langkah strategis pemulihan pariwisata yang diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan,” ujar dia.

Baca juga: Menparekraf optimis pariwisata Jakarta menggeliat setelah IKN pindah
Baca juga: Indonesia dan Kamboja kerja sama bilateral di bidang pariwisata
Baca juga: Kemenparekraf-InJourney bersinergi pulihkan pariwisata nasional


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022