Jakarta (ANTARA) - Seorang profesor di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr Cipto Mangunkusumo menciptakan alat bantu napas atau resisutasi 'portable' bernama Mix Safe® guna menekan laju kematian bayi akibat asfiksia.

"Dimulai sejak 2015, saya dan tim yang terdiri atas tenaga ahli serta penyandang dana yang tergabung dalam PT Fyrom International melakukan uji coba dan pelatihan untuk menciptakan Mix Safe®," kata inisiator Mix Safe® Prof Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat .

Kepala Instalasi Pelayanan Terpadu Kesehatan Ibu dan Anak Kiara RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo itu mengatakan Mix Safe® adalah alat resisutasi 'portable' yang mudah digunakan dan dibawa untuk menyelamatkan bayi yang membutuhkan bantuan pernapasan.

Ia mengatakan alat tersebut diciptakan sebagai respons atas tingginya angka kematian bayi (AKB) di Indonesia menduduki peringkat keenam tertinggi di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya kematian bayi baru lahir adalah mengalami asfiksia atau ketidakmampuan untuk bernapas dengan baik.

Baca juga: BKKBN: Telat datang ke faskes sebabkan tingginya angka kematian ibu

Baca juga: Indonesia menduduki peringkat ketiga negara dengan AKI tertinggi



Perempuan yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengatakan sebelum muncul Mix Safe®, alat resisutasi yang tersedia hanyalah buatan luar negeri dan membutuhkan campuran gas medis dan oksigen.

Dikarenakan biaya yang mahal, kata Rinawati, keberadaannya pun sangat terbatas. Selain itu, penggunaan alat resisutasi impor juga dapat menyebabkan kebutaan pada bayi apabila menggunakan oksigen murni 100 persen.

"Mix Safe® berukuran relatif kecil sehingga mudah untuk dibawa pada saat bayi memerlukan rujukan dan dapat bertahan selama 6 jam dengan menggunakan baterai," katanya.

Selain itu, Mix Safe® juga berfungsi sebagai kompresor, sehingga ketika dicampur dengan oksigen murni, dapat dengan mudah mengukur kadar oksigen hanya sampai batas 21-30 persen, sesuai dengan kebutuhan.

Dokter anak kelahiran Sukabumi ini mengatakan bahwa Mix Safe® menggunakan 80 persen komponen bahan baku dalam negeri, sehingga harganya pun jauh lebih terjangkau.

Di tahun 2018, Mix Safe® telah mendapat hak paten dari Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual serta telah mendapatkan sertifikasi ISO 13485 yang merupakan standar manajemen mutu internasional untuk industri perangkat medis.

“Mix Safe® telah diakui oleh Kementerian Kesehatan dan saat setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus memiliki alat resisutasi portable ini, bahkan fasilitas kesehatan tingkat primer sekalipun,” katanya.

Sejak 2018, Rinawati juga telah berkeliling ke hampir seluruh provinsi di Indonesia untuk mengajarkan penggunaan Mix Safe® kepada tenaga kesehatan, agar bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dapat dengan cepat tertolong sehingga mampu menurunkan AKB di Indonesia.

Meski buatan lokal, Mix Safe® pun telah dipamerkan di tingkat dunia. Rinawati menyampaikan bahwa Mix Safe® sedang mengejar untuk mendapatkan Certificate of Europe (CE) agar dapat menembus pasar dunia. Bahkan, Timor Leste dan beberapa negara di Afrika pun telah tertarik untuk membeli Mix Safe®.

Baca juga: Menko PMK khawatirkan angka kematian ibu dan bayi semakin meningkat

Baca juga: RSUD Banyumas luncurkan "Junek" untuk menurunkan AKI/AKB

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022