Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Persatuan Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin) optimistis usulan diskresi atlet dari luar negeri yang sedang diperjuangkan Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari akan membuahkan hasil positif.

Sekjen PB Perbakin Hendry Oka, dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Sabtu, mengapresiasi kerja keras yang sudah dilakukan Okto, sapaan Raja Sapta Oktohari, untuk dunia olahraga Indonesia.

Menurut dia, kemampuan diplomasi Okto telah teruji sehingga sukses membantu Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) terbebas dari sanksi Badan Anti-Doping Dunia (WADA) dan Merah Putih dapat berkibar lagi.

"Perjuangan NOC Indonesia di bawah pimpinan Pak Okto sangat besar. Usaha mereka untuk memajukan olahraga sangat maksimal, mulai dari menyelesaikan sanksi WADA terhadap LADI," kata Oka.

Baca juga: Usulan kelonggaran karantina juga berlaku untuk MotoGP Mandalika 

Selanjutnya, kata dia, terkait usulan diskresi karantina pelaku olahraga dari luar negeri yang sedang diperjuangkan NOC Indonesia juga diharapkan membuahkan hasil yang manis.

"Dunia olahraga butuh diplomasi tingkat tinggi seperti yang dilakukan Pak Okto, terutama terkait kebutuhan diskresi karantina bagi pelaku olahraga agar dapat terealisasi. Kami percaya beliau dapat menyuarakan aspirasi ini," ujar Oka.

Diakui Oka, Perbakin memerlukam diskresi karantina atlet karena tiga pekan lagi mereka akan menjadi tuan rumah ISSF Grand Prix Rifle/Pistol di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta.

Sampai saat ini, Perbakin masih berjuang agar seluruh atlet, pelatih, ofisial dan delegasi dari luar negeri yang datang bisa mendapatkan diskresi karantina.

Oka pun bersyukur NOC Indonesia berkenan menampung aspirasi federasi olahraga nasional untuk mengusulkan adanya diskresi karantina bagi pelaku olahraga.

Bahkan, usulan tersebut langsung ditindaklanjuti Menpora Zainudin Amali dengan mengadakan rapat koordinasi dengan Kementerian Kesehatan, BNPB dan perwakilan federasi olahraga nasional.

"Bagi Perbakin, diskresi karantina sangat diperlukan. Apalagi, kami berencana menggelar Grand Prix yang menjadi tolak ukur ISSF (Federasi Menembak internasional) agar Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia," tutur Oka.

Baca juga: Federasi olahraga kompak minta kelonggaran karantina untuk atlet 

Ia juga mengingatkan pentingnya ajang tersebut karena menjadi acuan guna melihat kesiapan Indonesia untuk menjadi tuan rumah World Cup.

"Izinkan kami mendapat kabar bahagia yang sempurna. Jika diskresi karantina untuk pelaku olahraga bisa direaliasikan segera, terutama di Grand Prix, kegembiraan kami terasa lengkap," pungkas Oka.

Dalam paparan di depan Menpora, Okto menyampaikan kebijakan karantina yang panjang bagi pelaku olahraga sangat memengaruhi kebugaran atlet, terlebih atlet pemusatan latihan nasional (pelatnas) yang berlatih dengan biaya APBN.

Dalam kesempatan tersebut, Okto juga mengusulkan diberlakukan sistem gelembung atau bubble agar para pelaku olahraga yang datang dari luar negeri, baik WNI yang baru pulang menjalani tryout dari luar negeri maupun atlet, ofisial dan delegasi WNA dapat menggunakan sistem tersebut.

"Sebenarnya sistem bubble tidak terlalu sulit. Sudah terbukti di Olimpiade Tokyo berhasil diterapkan. Untuk Grand Prix, kami rencananya akan tinggal di hotel yang berada di samping lapangan tembak. Kami akan beri jalur akses jalan dan memastikan area itu steril sehingga sistem bubble ini bisa berjalan baik," tegas Okto. 

Baca juga: Menpora segera bawa usulan diskresi karantina kepada Presiden Jokowi 
Baca juga: KOI usulkan diskresi karantina untuk pelaku olahraga dari luar negeri 

 

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2022