Jakarta (ANTARA) - Bagi mereka yang jarang melupakan wajah, tetapi kesulitan mengingat nama, obat untuk meningkatkan pembelajaran mungkin sedekat bantal Anda atau tidur.

Penelitian baru dari Northwestern University menemukan, ingatan nama orang meningkat secara signifikan ketika ingatan tentang asosiasi nama-wajah yang baru dipelajari diaktifkan kembali saat mereka tidur siang. Jadi, kunci untuk peningkatan ini yakni tidur nyenyak tanpa gangguan.

"Ini temuan baru dan menarik tentang tidur, karena ini memberi tahu kita cara informasi diaktifkan kembali selama tidur untuk meningkatkan penyimpanan memori," kata penulis utama studi Nathan Whitmore, Ph.D. seperti dikutip dari Science Daily, Minggu.

Baca juga: Anda perlu tidur siang 20- 30 menit

Baca juga: Kiat agar bisa tidur lelap dan nyaman saat Ramadhan


Melalui studi yang dipublikasikan dalam jurnal mitra Nature NPJ: Science of Learning pada 12 Januari lalu itu, para peneliti melakukan pengukuran EEG (rekaman aktivitas listrik otak yang diambil oleh elektroda di kulit kepala) yang mengindikasikan gangguan tidur, reaktivasi memori tidak membantu dan bahkan mungkin merugikan.

Studi dilakukan dengan melibatkan sebanyak 24 pesert, berusia 18-31 tahun. Mereka diminta menghafal wajah dan nama 40 murid dari kelas sejarah Amerika Latin dan 40 lainnya dari kelas sejarah Jepang.

Ketika setiap wajah ditampilkan lagi, para peserta diminta untuk menyebutkan nama yang menyertainya.

Setelah latihan pembelajaran, para peserta tidur siang sementara para peneliti secara hati-hati memantau aktivitas otak menggunakan pengukuran EEG.

Ketika peserta mencapai kondisi tidur nyenyak, beberapa nama disebutkan dengan lembut di pengeras suara bersamaan musik yang terkait dengan salah satu kelas.

Kemudian, saat peserta bangun, mereka diuji untuk mengenali wajah dan mengingat nama yang menyertai setiap wajah.

"Kita sudah tahu beberapa gangguan tidur seperti apnea dapat merusak memori. Penelitian kami menunjukkan penjelasan potensial untuk ini, gangguan tidur yang sering di malam hari mungkin menurunkan daya ingat," ujar Whitmore.

Pihak laboratorium sedang melakukan studi lanjutan mengenai hal ini khususnya terkait mengaktifkan kembali ingatan dan gangguan tidur untuk mempelajari lebih lanjut tentang mekanisme otak yang relevan.

"Bagaimanapun, kami semakin menemukan alasan bagus untuk menghargai tidur berkualitas tinggi," demikian kesimpulan profesor psikologi Ken Paller, yang direktur Program Kognitif Neurosains di Weinberg College of Arts and Sciences, Northwestern.

Baca juga: Dokter sebut mengisi TTS dapat menghambat kepikunan

Baca juga: Jangan anggap remeh gejala kepikunan

Baca juga: ALZI ajak masyarakat tingkatkan kepedulian pada demensia alzheimer

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022