risikonya cukup berat untuk anak-anak
Jakarta (ANTARA) -
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman meminta pemerintah untuk mengevaluasi kembali proses pembelajaran tatap muka (PTM) mengantisipasi prediksi gelombang ketiga COVID-19 pada Februari-Maret tahun ini.
 
"PTM sebaiknya di-suspend, setidaknya dari akhir Januari sampai awal Maret tahun ini, karena itu periode prediksi masa krisis di Indonesia pada Februari-Maret," ujar Dicky Budiman ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu.
 
Ia mengatakan, meski pemerintah melaksanakan program vaksinasi terhadap para siswa, namun belum semua siswa yang mendapatkan vaksinasi.
 
"Risikonya cukup berat untuk anak-anak, dan terbukti dari negara-negara lain menunjukkan kasus infeksi anak meningkat," katanya.

Baca juga: Lima organisasi profesi medis minta pemerintah evaluasi PTM
Baca juga: Epidemiolog: Gelombang ketiga COVID-19 berpotensi terjadi di Indonesia
 
Ia mengingatkan Omicron merupakan varian yang berbahaya karena masuk dalam variant of concern (VOC) yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
 
"Omicron ini variant of concern, itu berbahaya, serius dampaknya, dan ada potensi menyebabkan kematian dan keparahan," tuturnya.
 
Ia menambahkan, setiap VOC mempunyai kelebihan atau daya rusak sehingga perlu diwaspadai.
 
"Kenapa dia menjadi variant of concern, berarti dia bisa memperburuk situasi pandemi, termasuk menyebabkan kematian," katanya.
 
Menurutnya, varian Omicron tidak ada bedanya dengan varian yang masuk VOC lainnya, seperti Alpha, Beta, Delta, Gamma.

Baca juga: Jabar siapkan ruang isolasi dan oksigen antisipasi lonjakan Omicron
Baca juga: Wagub Jateng imbau tingkatkan prokes antisipasi penyebaran Omicron
 
Di Indonesia, lanjut dia, terdapat dua kasus fatalitas atau meninggal akibat varian Omicron. Maka itu, langkah mitigasi harus segera dilakukan.
 
"Sekarang ini kita baru lihat pada lansia, kalau kita tidak cepat melakukan mitigasi, kematian pada anak akan muncul," ucapnya.
 
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan dua pasien COVID-19 terkonfirmasi Omicron telah meninggal dunia.
 
"Satu kasus merupakan transmisi lokal, meninggal di RS Sari Asih Ciputat dan satu lagi merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri, meninggal di RSPI Sulianti Saroso," kata juru bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.
 
Tercatat, sejak 15 Desember hingga saat ini secara kumulatif tercatat 1.161 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.

Baca juga: Epidemiolog minta pemerintah evaluasi pemberlakuan PPKM

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022