Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia dan kontrak berjangka AS turun tajam pada Selasa, karena investor khawatir tentang potensi konflik militer di Ukraina dan menjelang pertemuan penting Federal Reserve (Fed)  yang dapat memberikan petunjuk tentang waktu dan kecepatan kenaikan suku bunga.

Indeks acuan merosot, dengan sebagian besar memperpanjang kerugian di perdagangan sore. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 1,43 persen ke level terendah dalam sebulan. Indeks Nikkei 225 ditutup berkurang 1,66 persen, setelah sebelumnya menyentuh level terendah sejak Desember 2020.

Setelah sesi yang bergejolak di Wall Street yang memperlihatkan reli yang terlambat dan penutupan yang lebih tinggi, saham berjangka AS jatuh. Indeks berjangka Nasdaq tergerus 1,3 persen dan indeks berjangka e-mini S&P500 kehilangan 0,95 persen.

Namun di Eropa, sepertinya tekanan jual akan mereda dengan indeks berjangka Euro Stoxx 50 lebih tinggi 1,16 persen dan indeks berjangka FTSE naik 0,76 persen. Itu mengikuti penurunan 3,8 persen untuk Euro STOXX 600 pada Senin (24/1/2022), hari terburuk dalam 18 bulan.

Kepala Strategi Pasar Asia JP Morgan Asset Management, Tai Hui, mengatakan investor menghadapi dilema.

Baca juga: Korsel pimpin saham Asia merosot, investor bersiap kenaikan bunga AS

Mereka cemas tentang prospek kebijakan moneter dalam konteks beberapa saham pertumbuhan menjadi lebih mahal, sementara prospek pertumbuhan untuk 2022 masih layak dan ada beberapa aset yang menawarkan prospek pengembalian jangka panjang yang sama seperti ekuitas, katanya.

"Ketidakpastian geopolitik di Eropa minggu ini dan potensi dampak pada harga energi semakin mengacaukan prospek," tambah Hui.

NATO mengatakan pada Senin (24/1/2022) bahwa pihaknya menempatkan pasukan dalam keadaan siaga dan memperkuat Eropa timur dengan lebih banyak kapal dan jet tempur, dalam apa yang dikecam Rusia sebagai "histeria" Barat sebagai tanggapan atas penumpukan pasukannya di perbatasan Ukraina.

Di tempat lain di Asia, KOSPI Korea turun 2,56 persen sementara saham Hong Kong memangkas kerugian awal tetapi masih turun 1,6 persen. Indeks acuan Australia jatuh 2,68 persen menjadi ditutup pada level terendah delapan bulan, juga dipengaruhi oleh angka inflasi yang tinggi pada Selasa pagi yang memicu kekhawatiran mendekati kenaikan suku bunga.

Baca juga: Saham Korsel catat turun terbesar 11 bulan, KOSPI anjlok 2,56 persen

Menjaga para pedagang tetap waspada, Federal Reserve  akan memulai pertemuan dua hari pada Selasa, dengan beberapa investor mulai berspekulasi tentang pengumuman kenaikan suku bunga yang mengejutkan meskipun itu masih dilihat sebagai kemungkinan kecil.

"Tanda tanya besar adalah tentang laju siklus kenaikan Fed - karena bank sentral berusaha menjinakkan peningkatan inflasi - dan dampaknya pada pasar ekuitas," Kepala Investasi Asia  BNP Paribas Wealth Management, Prashant Bhayani, mengatakan dalam catatan untuk klien.

Pengetatan Fed memberikan tekanan pada beberapa bank sentral di Asia untuk mengikuti, berpotensi merugikan pasar ekuitas mereka seperti yang terjadi pada tahun 2013 ketika bank sentral AS mulai mengurangi stimulus pasca krisis keuangan.

Bank sentral Singapura memperketat kebijakan moneter pada Selasa dalam langkah di luar siklus.

Baca juga: Saham China berakhir anjlok jelang pertemuan Fed dan Tahun Baru Imlek

“Kabar baiknya adalah, secara umum, neraca transaksi berjalan di Asia lebih sehat dibandingkan dengan taper tantrum pada 2013,” tambah Bhayani.

Obligasi acuan pemerintah AS mengabaikan beberapa spekulasi kenaikan suku bunga. Imbal hasil pada obligasi pemerintah 10 tahun turun tipis menjadi 1,7618 persen setelah menyelesaikan hari yang berombak pada perdagangan Senin (24/1/2022) di dekat tempat mereka memulai.

Di pasar mata uang, kegelisahan mengirim dolar lebih tinggi terhadap sebagian besar rekannya. Indeks dolar berada di 96,010, melayang di dekat tertinggi dua minggu, dan dolar Aussie yang ramah risiko naik sebentar setelah data inflasi tinggi.

Yuan China melayang di level tertinggi lebih dari 3,5 tahun terhadap dolar, sementara nilainya terhadap mitra dagang utama melonjak ke level terkuat sejak akhir 2015.

Harga minyak juga meningkat, semakin mengkhawatirkan investor saham. Minyak mentah AS naik 0,4 persen menjadi diperdagangkan di 83,63 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent berada di 86,75 dolar AS per barel, naik 0,55 persen.

Emas mempertahankan kenaikan baru-baru ini karena investor mencari keamanan. Harga spot berada di 1.842 dolar AS per ounce, datar pada hari ini tetapi mendekati level tertinggi dua bulan minggu lalu di 1.847,7 dolar AS per ounce.

Baca juga: IHSG terkoreksi ikuti pelemahan bursa saham Asia

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022