Surabaya (ANTARA News) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) mencatat Indonesia kekurangan 1 juta insinyur, karena adanya perubahan kebijakan pemerintah dalam sistem perkuliahan jurusan teknik secara nasional.

"Sampai sekarang, ketersediaan insinyur di Tanah Air rendah meskipun lulusan dari berbagai perguruan tinggi bisa memproduksi sekitar 200 ribu insinyur per tahun," kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia, Mohammad Said Diddu, ditemui dalam Seminar dan Musyawarah Wilayah Persatuan Insinyur Indonesia Jatim, di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, angka kekurangan tersebut bisa ditutup jika mereka para lulusan sarjana teknik di Indonesia dapat mengikuti program sertifikasi insinyur.

"Apalagi, di pasar internasional hanya mengakui insinyur bukan sarjana teknik," ujarnya.

Di sisi lain, Ketua PII Jatim, Ridwan Hisyam, membenarkan, jika sertifikasi dapat meningkatkan kompetensi sejumlah insinyur di Indonesia karena kepemilikannya dapat menambah posisi tawar sumber daya manusia/SDM di pasar global.

"Di Jatim, kami siap menggandeng Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) dan Universitas Brawijaya Malang terkait pengadaan program sertifikasi tersebut," katanya.

Ia berharap, program sertifikasi insinyur yang akan dipaparkan dalam musyawarah selanjutnya di tingkat nasional dapat membawa Jatim sebagai pelopor sertifikasi insinyur.

"Di Indonesia, banyak tenaga teknik tetapi yang telah mencapai syarat insinyur terbatas termasuk di jajaran Pemerintah Provinsi Jatim," katanya.

Di samping itu, ulas dia, sampai sekarang jarang ada perguruan tinggi yang sampai pada tingkat profesi tersebut. Saat ini, sejumlah perguruan tinggi hanya mensyaratkan total mata kuliah yang ditempuh bagi sarjana teknik 140-an SKS.

"Padahal, ketika kami mengejar gelar insinyur diwajibkan menempuh 160-an SKS," katanya.

Dengan program sertifikasi, ia menyarankan, masa ideal menempuh jalur peningkatan profesi dari sarjana teknik ke insinyur cukup menjalani pendidikan tambahan sekitar 40 jam hingga 60 jam.

"Bila mereka bisa mengikuti mata kuliah delapan jam per hari, maka cukup menjalani pendidikan profesinya selama lima hari," katanya.

Untuk mengikuti program sertifikasi tersebut, prediksi dia, tiap peminatnya cukup mengeluarkan dana sekitar Rp2 juta. Namun, besaran nilainya tergantung kebijakan perguruan tinggi yang dimaksud.

"Setelah ITS dan Universitas Brawijaya, sejumlah kampus yang menyediakan jurusan teknik di Jatim segera kami ajak kerja sama," katanya.(*)

(ANT-071/M012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011