Stunting dapat dicegah
Jakarta (ANTARA) - Konsumsi pangan bergizi sejak anak dalam kandungan, pada wanita di usia subur hingga pemantauan pertumbuhan, merupakan elemen yang dapat membantu mencegah anak mengalami stunting atau masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang.

"Stunting dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan gizi bagi ibu hamil dan wanita usia subur," kata pakar gizi dari Unit Gizi Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Nur Hasanah melalui siaran persnya, dikutip Rabu.

Merujuk pada Permenkes nomor 41 tahun 2014, makanan yang bisa dikonsumsi ibu hamil antara lain makan pagi terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, gula 1 porsi, lemak 1 porsi, dan air putih atau air mineral 2 porsi.

Kemudian makanan selingan pagi yaitu makanan pokok 1/2 porsi, buah 1 porsi, dan air minum 1 porsi.

Baca juga: Ahli: Cegah stunting jangan hanya sampai 1.000 hari pertama kehidupan

Baca juga: FFI salurkan dua ton susu bubuk cegah stunting


Untuk makan siang terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 2 porsi, buah 1 porsi, lemak 2 porsi, dan air putih 2 porsi. Untuk makanan selingan siang terdiri dari makanan pokok ½ porsi, gula 1 porsi, air putih 1 porsi.

Selanjutnya untuk makan malam terdiri dari makanan pokok 1 porsi, lauk hewani 1/2 porsi, lauk nabati 1/2 porsi, sayur 1 porsi, buah 1 porsi, lemak 1 porsi, susu 1 porsi, air minum 2 porsi.

Satu porsi makanan pokok seperti nasi sebanyak 100 gr atau 1 piring sedang dan dapat diganti dengan ubi jalar kuning 1 buah ukuran sedang atau 135 gr.

Khusus untuk nasi, kini tersedia beras fortifikasi yakni memiliki kandungan nutrisi seperti vitamin dan mineral. Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengungkapkan vitamin dan mineral seperti A, B1, B3, B6, B9 dan B12 dalam beras terfortifikasi bersifat stabil. Beras dapat dicuci sebelum ditanak.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, hadirnya beras yang resmi diluncurkan pada Selasa (25/1) itu bisa menjadi babak baru dan menjadi solusi bagi masyarakat khususnya di Jakarta dalam membantu menyelesaikan masalah gizi termasuk stunting. Dia berharap distribusi beras nantinya bisa berdaya jangkau luas.

Selain nasi sebagai makanan pokok, seseorang juga memerlukan lauk pauk. Lauk hewani bisa berupa 1 porsi ikan pepes 45 gr atau 1 potong ukuran sedang, atau diganti dengan daging ayam 1 potong ukuran sedang 40 gr.

Sementara lauk nabati bisa dengan 1 porsi tempe goreng 50 gr atau 1 potong ukuran sedang, atau dapat diganti dengan tahu 2 potong ukuran sedang 100 gr.

Untuk sayuran bisa dengan 1 porsi sayur bayam 100 gr sebanyak 1 mangkok kecil atau dapat diganti dengan kacang panjang 1 gelas sayuran 100 gr.

Kebutuhan buah bisa dengan 1 porsi pisang ambon 50 gr atau 1 buah pisang ukuran sedang, dapat diganti dengan jeruk manis 1 buah ukuran sedang sebanyak 100 gr. Selanjutnya untuk minuman terdiri dari 1 porsi susu atau air putih satu gelas 250 ml.

Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Prof. Dr. Hardiansyah menekankan, porsi isi piring harus mengandung gizi seimbang salah satunya untuk pembentukan kolagen bagi kebutuhan tulang rawan.

Menurut dia, secara umum bila seseorang menyantap tiga jenis lauk pauk setiap hari maka semua kebutuhan asam amino esensial untuk pembentukan kolagen sudah terpenuhi.

Pada kategori bayi usia 0 – 24 bulan, perlu diberi ASI, usia 6-9 bulan mulai diberikan MPASI berupa makanan lumat, pada usia 9 – 12 bulan diberi MPASI makanan lembek dan pada usia 12 – 24 bulan mulai diberi makanan keluarga.

Frekuensi makan bagi bayi per hari usia 6 – 9 bulan sebanyak 2 – 3 kali makanan lumat + 1 – 2 kali makanan selingan ditambah ASI. Jumlah setiap kali makan terdiri dari 2 – 3 sendok makan penuh setiap kali makan dan tingkatkan secara perlahan sampai setengah dari cangkir mangkok ukuran 250 ml tiap kali makan.

Pada usia 9 – 12 bulan diberi 3 – 4 kali makanan lembek ditambah setengah kali makanan selingan ditambah ASI. Porsi makanan yakni sebanyak setengah mangkuk ukuran 250 ml.

Selanjutnya untuk bayi usia 12 – 24 bulan sebanyak 3 – 4 kali makanan keluarga ditambah 1 – 2 kali makanan selingan plus ASI. Jumlah setiap kali makan sebanyak ¾ mangkuk ukuran 250 ml.

Tak hanya pangan, di sisi lain, rutin memantau pertumbuhan balita di posyandu maupun fasilitas kesehatan lainnya serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir juga menjadi elemen penting dalam upaya pencegahan stunting.

Hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen atau 1 dari 4 anak mengalami stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang.

Angka ini berada di bawah angka prevalensi yang ditargetkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, yakni 14 persen.

Selain stunting, Indonesia juga mengalami kondisi gizi lebih (overweight dan obesitas) di semua tingkat populasi negara, kota, komunitas, rumah tangga, dan individu, walau data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 memperlihatkan, prevalensi obesitas pada balita mengalami penurunan hingga 3,8 persen dan prevelensi obesitas usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8 persen.

Sama hal dengan stunting, obesitas juga sebenarnya dapat dicegah. Upaya yang bisa dilakukan antara lain melalui konsumsi makanan sesuai dengan pedoman gizi seimbang, konsumsi sayur dan buah minimal 5 porsi setiap harinya, membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih serta melakukan latihan fisik minimal 150 menit tiap minggu.

Baca juga: Cegah anak stunting rupanya bisa dimulai sebelum ibu masuki kehamilan

Baca juga: BKKB: Cegah stunting dan obesitas penting untuk SDM berkualitas

Baca juga: Cegah stunting dan obesitas jadi kampanye Hari Gizi Nasional 2022

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022