Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mendorong lulusan Sekolah Tinggi Manajemen IPMI dapat membangun dan mengembangkan ekosistem bisnis yang rendah emisi karbon atau ramah lingkungan.

"Tujuannya supaya bisa mengatasi berbagai krisis energi akibat perubahan iklim global. Pemerintah saat ini sedang mendorong perekonomian yang tujuan akhirnya menjaga kelestarian lingkungan hidup," ujar Sandiaga dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

Berbicara dalam wisuda IPMI, Sandiaga menambahkan sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan oleh Kampus IPMI dapat berkontribusi terhadap lingkungan dengan menciptakan bisnis yang menjaga kualitas dan keberlanjutan dari planet, masyarakat dan kemakmuran.

Ekosistem bisnis di sektor pariwisata Indonesia, kata dia, yang nilainya triliunan dolar Amerika Serikat, telah menyumbang delapan persen emisi karbon dunia. Roda perekonomian itu berasal dari penggunaan transportasi, baik jalur darat, laut maupun udara.

Pemerintah, ujarnya, berkomitmen mewujudkan pariwisata ramah lingkungan melalui pengawalan program Carbon Footprint Calculator dan Offsetting (CFCO).

"Maka dari itu, lulusan IPMI dapat berkontribusi pada masa depan bangsa dan mendukung keberlangsungan ekonomi berkelanjutan yang sesuai dengan tren pariwisata, yakni personalized, customized, localize dan smallers impact," imbuh dia.

Sementara itu, ekonom Senior Prof Emil Salim, MA, PhD menambahkan lulusan IPMI bisa menjadi pemegang kunci inovasi pengembangan ekonomi hijau yang mampu mencegah dampak pemanasan global.

Pasalnya, menurut dia, jika model bisnis tidak menerapkan ekonomi hijau, maka akan sulit bagi Indonesia untuk lepas dari perangkap menjadi negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

"Pemerintah sedang menyiapkan potensi-potensi terbaik bangsa untuk menuju Indonesia Emas 2045 melalui ekonomi hijau dan rendah karbon. Jadi, masih ada waktu 23 tahun bagi kalian untuk membangun bangsa ini menjadi negara maju," ucap mantan Menteri Pengawasan Pembangunan dan Menteri Lingkungan Hidup itu.

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) Wilayah III DKI Jakarta Paristiyanti Nurwardani mengatakan sebagai kampus yang melahirkan SDM di sektor bisnis, IPMI harus lebih fleksibel menghadapi perubahan besar yang terjadi di dunia, seperti disrupsi teknologi, iklim global, demografi, sosial ekonomi, pasar tenaga kerja, termasuk perubahan lingkungan akibat pandemi COVID-19.

"Kampus menjadi tempat membangun SDM yang unggul dengan trend masa depan, dimana cara kerja kita di masa depan akan jauh lebih berbeda dengan yang kita alami saat ini. Ketika persaingan ekonomi global semakin ketat, pendidikan menjadi penting, yang berkaitan erat dengan perekonomian bangsa," kata Paris.

Rektor Sekolah Tinggi Manajemen IPMI Prof Ir M Aman Wirakartakusumah, MSc, PhD mengatakan pihaknya mewisuda 60 mahasiswa yang terdiri dari 19 strata dua (S2) dan 41 sarjana strata satu (S1). Acara wisuda itu merupakan yang ke-47 sejak IPMI berdiri pada Tahun 1984.

"Ini adalah kali kedua IPMI meluluskan mahasiswa di era pandemi yang menyesuaikan peraturan pemerintah dengan mengedepankan protokol kesehatan," kata Aman.

Prof Aman menambahkan saat ini IPMI telah mengembangkan program studi Professional Bachelor of Business Administration (Pro BBA – Kelas Profesional) yang diperuntukkan bagi para profesional korporat, pelaku bisnis dan kewirausahaan serta praktisi perusahaan rintisan yang bercita-cita untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan dirinya melalui program kesarjanaan yang adaptif terhadap kesibukan jam kerja mereka.

Selain itu, IPMI juga mendirikan sebuah inkubator dan akselerator perusahaan rintisan bernama InnoLab, yang bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia dalam bentuk investment gallery.

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022